Setelah resmi deklarasikan Jokowi sebagai  capres 2019 ,kelihatannya PDIP langsung tancap gas untuk melakukan dialog dengan berbagai pihak dan salah satu diantaranya dengan Agus Harimurthi Yudhoyono,putra sulung SBY.
AHY sendiri juga merupakan Komandan Kogasma Partai Demokrat.Kogasma merupakan sejenis satuan tugas untuk memenangkan Demokrat pada pilkada 2018 dan juga pada pemilu 2019.
Untuk berdialog dengan AHY,Ketua Umum PDIP ,Megawati telah menugaskan putranya Prananda Prabowo yang juga salah seorang ketua pada DPP PDIP.
Sesungguhnya dialog maupun komunikasi politik antar sesama parpol adalah sesuatu hal yang biasa karena melalui dialog tersebut akan diperoleh berbagai hal yang diharapkan bermanfaat untuk kemajuan bangsa.
Tetapi dalam pandangan saya tentang rencana dialog Prananda Prabowo -AHY ini ada beberapa catatan khusus yang layak diberikan.
Seperti diketahui ,selama ini muncul kesan yang kuat di masyarakat bahwa hubungan pribadi antara Megawati dan SBY tidak terlalu harmonis.
Hubungan yang kurang harmonis itu diperkirakan mulai tahun 2004.Pada masa itu ,SBY merupakan Menko Polhukam pada Kabinet Mega dan ikut bertarung pada pilpres yang untuk pertama kalinya dilaksanakan secara langsung.
Pada putaran kedua pilpres ,pasangan SBY-JK berhasil memenangkan kontestasi dan Mega -Hasyim Muzadi berada pada posisi yang kurang beruntung.
Begitu juga halnya pada pilpres 2009 , pasangan SBY-Budiono mengalahkan pasangan Mega-Prabowo. Sepanjang sepuluh tahun pemerintahan SBY ,tidak sekalipun Mega datang di istana dalam rangka peringatan detik detik proklamasi.
Malahan awak media pun mencatat untuk bersalaman saja sangat jarang dilakukan oleh kedua tokoh bangsa itu. Tetapi pada tahun 2017 yang lalu terlihat adanya komunikasi yang lebih cair antara Mega dan SBY.
Pada peringatan detik detik proklamasi di Istana ,terlihat keduanya bersalaman dan juga foto bareng yang diajak oleh Presiden Jokowi.