Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tahun 2005 Belanda Baru Mengakui 17 Agustus Sebagai Hari Kemerdekaan Kita

14 November 2017   15:26 Diperbarui: 14 November 2017   18:04 3462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Walaupun masih penuh perdebatan berapa lama Indonesia dijajah Belanda tetapi secara umum dinyatakan negeri ini dijajah oleh Negeri Kincir Angin itu selama 350 tahun. Selama negeri ini dijajah, telah muncul ratusan atau bahkan ribuan kali pemberontakan yang menunjukkan perlawanan terhadap kekuasaan penjajah tersebut.

Semua daerah pernah bergolak, melakukan perlawanan yang heroik terhadap kehadiran " orang putih " itu yang kadangkala juga disebut kompeni.
Tentara kompeni sering kewalahan menghadapi berbagai perlawanan yang menggelora dari rakyat " jajahannya ". Namun dengan berbagai taktik dan cara ,terutama melalui politik " divide et impera", adu domba dan kuasai, Belanda dapat terus mempertahankan kekuasaannya di negeri yang dinamainya  " Hindia Belanda" itu.

Titik balik kekuasaan Belanda terjadi sesudah Perang Dunia Kedua meletus yang kemudian dibarengi dengan datangnya Bala Tentara Dai Nippon menyerang kekuasaan Belanda di negeri ini. Rakyat " Hindia Belanda " terkejut juga ,ternyata kekuasaan dan tentara Belanda yang dianggap hebat itu akhirnya menyerah kepada pasukan pendudukan Jepang.

Kalau dicermati, perlawanan tentara Belanda terhadap Jepang tidak terlalu luar biasa bahkan tidak salah kalau menyebut Bala Tentara Dai Nippon dengan mudah menaklukkan Belanda. Pada awal tahun 1942 ,pasukan Jepang mendarat di Tarakan Kalimantan Timur,kemudian menaklukkan Balikpapan ,Pontianak  ,Samarinda  kemudian Banjarmasin. Pada 1 Maret 1942 ,Jepang mulai melancarkan serangan ke pulau Jawa dan ironisnya hanya dalam satu minggu Tentara Belanda menyerah kepada Jepang.

Tentara Belanda yang berjumlah sekitar 40.000 personil dibawah pimpinan Jenderal H.Ter Poorten ternyata tidak mampu mengimbangi delapan divisi pasukan Jepang yang dipimpin oleh Jenderal Hitoshi Imamura. Akibat ketidakmampuan Poorten bersama pasukannya menghadapi Jenderal Imamura maka pada 8 Maret 1942 ,Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh menanda tangani dokumen menyerah tanpa syarat.Penanda tanganan itu terjadi di Kalijati dekat Subang Jawa Barat.

Membaca sejarah yang demikian muncul juga rasa sedih atau kesal karena ternyata jumlah tentara Belanda yang ada di negeri ini hanya sekitar 40.000 orang dan dengan jumlah yang demikian pun, penduduk negeri kitatidak mampu mengalahkan pasukan Belanda tersebut. Jepang kemudian menjajah kita sekitar tiga setengah tahun. Duka cerita penjajahan Jepang ini pun telah kita ketahui bersama.

Sesudah menduduki negeri ini, Negeri Matahari Terbit itu juga mengalami pertempuran pertempuran yang dahsyat di Front Pasifik Barat Daya melawan pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Tahun 1944, Jepang mulai kewalahan menghadapi kekuatan Sekutu dimaksud. Pasukan Sekutu dipimpin oleh seorang jenderal Amerika Serikat yang kharismatik, Douglas Mac Arthur. Beberapa benteng pertahanan tentara Jepang mulai jatuh ke tangan Sekutu.

Terhadap situasi yang demikian maka Tokyo mulai berpikir untuk memberi kemerdekaan terhadap jajahannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia pada 1 Maret 1945 membentuk Badan Penyelidik Usaha Usaha Kemerdekaan Indonesia yang disingkat BPUPKI yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Coosaksi.Badan ini diketuai oleh Dr.Radjiman Wediodiningrat.

Didalam badan ini ada duduk dua orang Jepang yaitu Ichibangase dan Toyohito Masuda. Melalui badan ini terlihat Pemerintah Pendudukan Jepang memberi perhatian yang besar untuk kemerdekaan Indonesia. Badan pimpinan DR Radjiman ini pada 29 Mei-1Juni juga mengadakan pembahasan tentang dasar filosofi negara yang didirikan nantinya. Pada sidang inilah Bung Karno berpidato pada 1 Juni 1945.

Bung Karno mengemukakan dasar negara yang akan merdeka itu adalah Pancasila.Pada tanggal Bung Karno pidato itulah kemudian disebut sebagai Hari Lahirnya Pancasila. Kesungguhan Pemerintah Jepang untuk kemerdekaan Indonesia semakin terlihat ketika Sukarno, Hatta dan Radjiman Wediodinigrat berangkat ke Dalat, Vietnam untuk bertemu dengan Jenderal Terauchi ,Panglima Tentara Jepang untuk Asia Tenggara.

Sewaktu berangkat tersebut ,kedudukan Bung Karno adalah Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Bung Hatta sebagai wakilnya.Panitia yang disingkat PPKI itu dibentuk pada 7 Agustus 1945 menggantikan BPUPKI. Pada 12 Agustus 1945,bertemulah ketiga tokoh bangsa itu dengan Jenderal Terauchi. Pada kesempatan yang bersejarah itulah kemudian ,Jenderal Terauchi menyatakan Pemerintah Jepang sudah bertekad untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun