Mohon tunggu...
Yulius Maran
Yulius Maran Mohon Tunggu... Educational Coach

- Gutta Cavat Lapidem Non Vi Sed Saepe Cadendo -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Senyum Duchenne: Bahasa Tulus Servant Leadership

25 September 2025   15:26 Diperbarui: 25 September 2025   15:26 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar asli diambil dari https://suarajakarta.co/ kemudian diedit dengan AI

Paus Fransiskus, yang kita renungkan dalam sesi pertama rekoleksi, selalu menekankan pentingnya wajah yang ramah. Bagi beliau, senyum adalah tanda kemurahan hati. Guru besar kepemimpinan James Hunter pun pernah menulis, pemimpin pelayan ditandai bukan oleh kuasa yang ditunjukkan, melainkan oleh kasih yang dibagikan---dan kasih itu kerap hadir dalam bentuk sederhana: sebuah senyum.

Bila seorang guru, karyawan, atau pemimpin mampu tersenyum tulus, maka ia sedang menjalankan pelayanan yang paling dasar: menghadirkan rasa aman bagi orang lain. Senyum Duchenne menjadi energi kecil yang mampu menggerakkan perubahan besar.

Catatan Akhir

Rekoleksi kemarin menegaskan bahwa pengembangan diri bukan semata soal strategi atau teknik kerja, melainkan juga tentang hati yang tulus melayani. Senyum, terutama senyum Duchenne, adalah simbol nyata dari pelayanan itu. Ia sederhana, tetapi punya daya ubah luar biasa---bagi diri sendiri, bagi komunitas, dan bagi dunia.

Maka, mari kita berlatih tersenyum tulus setiap hari. Senyum yang bukan basa-basi, melainkan pancaran hati yang sungguh ingin hadir untuk sesama. Sebab pada akhirnya, pemimpin yang sejati bukan hanya pandai berkata-kata, melainkan mampu menyapa dunia dengan wajah yang bersinar ramah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun