Pandemi Covid 19 ini menantang kita agar bisa membantu komunitas dalam membuat rumusan-rumusan hidup normal baru, tidak harus mengikuti langsung dari pusat organisasi dunia. Membatu orang agar kita bisa hidup dengan lebih sesedikit syarat, tetapi bermanfaat.Â
Pandemi Covid 19 membut kita tiba-tiba slowdown seperti tidak bergerak. Biasanya kita melakukan interaksi rill dengan masyarakat, sekarang kita berinteraksi dengan cara daring (virtual) dan hidup dengan cara yang disebut "new normal". Strategi hidup new normal itu dicetuskan oleh agen kesehatan dunia untuk seluruh dunia
Artikel ini merupakan catatan mengikuti orasi kebudayaan yang disampaikn Professor P.M Laksono secara lisan dan daring. Beliau adalah Guru Besar Antropologi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tugas kita antropolog adalah membuat agar syarat-syarat kita dalam hidup ini menjadi berkurang. Hidup Modernisasi dan pembangunan sebenarnya malah mengakumulasi syarat hidup, bukan membuat hidup lebih mudah.Â
Jarak yang bisa ditempuh dengan jalan kaki misalnya, sekarang sedikit-sedikit pakai sepeda motor, terus jarak 1 kilo meter sudah naik mobil. Mobilnya harus pakai AC pula, bayar parkir, belum lagi ini dan itu di jalan. Dalam hal memiliki rumah pun kita demikian, harus banyak sekali melalui syarat.
Jadi pembangunan dan modernisasi itu sesungguhnya menambah syarat hidup. Padahal kebudayan berfungsi untuk membebaskan manusia dari jebakan takdir bahwa kita pernah lahir dan pasti suatu saat mati.
Sekarang jalan dari lahir menuju "rumah terakhir" yang akan pasti kita tuju menjadi hidup yang penuh syarat. Segala macam syarat kita taruh pada hari ini.
Pandemi Covid 19 ini menantang kita agar bisa membantu komunitas dalam membuat rumusan-rumusan hidup normal baru, tidak harus mengikuti langsung dari pusat organisasi dunia. Membatu orang agar kita bisa hidup dengan lebih sesedikit syarat, tetapi bermanfaat. Â Kita memberi arti kemanusiaan pada hidup (kalau bisa) lebih sederhana.
Pandemi Covid 19 ini seperti teguran kepada kita: Â hey, syarat yang kau bangun manusia tidak relevan lagi. Sementara itu, kita belum tahu krisis yang kita alami kapan berakhir. Kapan kita buka masker?
Situasi yang kita hadapi sekarang adalah krisis yang luar biasa yang merubah banyak cara kita dalam berkebudayaan.
Pernikahan misalnya , sekarang bisa berlangsung lebih sederhana, tanpa lagi harus menyelenggarakn pesta yang menghabiskan  banyak sekali biaya serta melibatkan 400-500 orang dalam satu pernikahan.Â