Mohon tunggu...
MAPPASESSU SH
MAPPASESSU SH Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Persepsi dalam Diri Manusia

11 Februari 2017   12:07 Diperbarui: 11 Februari 2017   12:19 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Persepsi secara sederhana dipahami sebagai pemahaman, pengetahuan manusia. mulai dari pemahaman sederhana yang bersifat indrawiah. Tentunya persepsi ini awalnya diperoleh dari ke 6 indrawi kita. Yakni; mata, telinga, hidung, mulut, kulit dan kelamin yang bersentukan langsung dengan materi yang memiliki keterikatan sifat Ruang (panjang x Lebar X Tinggi) Waktu dan Bentuk. Inilah persepsi yang pertama, Persepsi Indrawi.

Kemudian dari rangkaian banyaknya persepsi indrawi maka lahirlah pengetahuan Imajinal, seperti imajinasi kita tentang daerah kota makassar yang pernah kita lewati kemari sore dan masih melekat dalam benak kita, termasuk sesuatu yang kita impikan ikan terjadi kedepan misalnya ingin punya mobil ditahun depan jadi ciri persepsi ini sudah tidak terikat lagi dengan ruang dan waktu namun masih memiliki bentuk 1 dimensi tapi memiliki cita rasa, seperti rasa ngeri ketika membayangkan kecelakaan menganaskan tadi pagi, atau ketika membawangkan terjatuh didalam sumur dalam yang memunculkan kengerian tersendiri namun tidak lagi bersifat fisik atau rasa senang saat mengetahui akan adanya kiriman hadiah yang diinginkan. Persepsi inipin bisa merupakan sesuatu yang tidak memiliki realitas nyata materil namun gabungan dari sekian banyak bentuk, misalnya persepsi tentang naga yang terdiri atas gabungan Ular Burung api buaya. Inilah persepsi kedua atau persepsi lanjutan atas gerak jiwa setiap waktunya, Persepsi Imajinatif.

Dalam Persepsi Imajinal inilah terdapat Surga dan Neraka; ketika kita mempersepsikan dan merasakan perasaan tidak senang akan prestasi seseorang maka akan memunculkan rasa iri dan ketika muncul permusuhan akan kondisi itu maka akan melahirkan dengki inilah api neraka NAMUN ketika turut serta membantu mensupport kesuksesan seseorang mendukung dan memperlancar kebutuhan kebutuhannya hingga sukses dan turut senang dengan prestasi yang dicapai maka inilah Surga nya, perasaan syukur atas kondisi dan capaian sekarang ini adalah surganya namun perasaan tidak rela tidak terima atau kufur maka inilah nerakanya dan ketika konsisten untuk terus membantu semua orang bahkan menciptakan lingkungan nyaman dan damai serta dengan tindakan kita turut serta memajukan kondisi seseorang maka inilah maksud menetapi SURGA. Ibarat siang dan malam; ketika terbit SIANG maka malam pun tiada yakni ketika memasuki surga maka neraka pun tiada

Disini pulalah setan ber ada, Imajinasi mampu menunjukkan cara cara licik dalam memenangkan kompetisi, menunjukkan cara cara licik dalam menipu sesama manusia untuk mengambil yang bukan haknya, menunjukkan cara cara licik untuk mencapai tujuan pribadi kita, menunjukkan cara cara licik untuk memuaskan keinginan keinginan. Inilah syaitan yang nyata, mahluk halus yang kadang setia menemanimu setiap hari, yang terkadang kita tidak kenali karena munculnya sangat halus

Selanjutnya Persepsi Akal; yakni persepsi yang murni tidak lagi berhubungan dengan waktu dan meteri dan bentuk. Persepsi ini sangatlah halus dan murni karena menyangkut objek objek universal. Seperti Pengetahuan tentang kejujuran, integrital; sesuatu baru bisa disebut jujur ketika seseorang terus menerus menjalankan laku kejujuran dalam hidupnya, bertindak bergerak berkata dengan semurni murninya jujur. Begitupun dengan Konsistensi, komitmen, visi mulia yang tetap bersandar pada gerak material sebagai sandara dalam mengenalnya.

Demikian pula dengan CINTA dalam artian umum dan universal. Sebuah kekuatan dasyat positif nan indahnya kehidupan untuk bertindak, hidup, dan bergerak. Sehingga setiap penciptaan, penemuan, dan kreasi manusia berasal dari cinta di dalam hati manusia. Para ilmuan, penemu listrik penerangan, telpon, mobil, peralatan atau teknologi, arsitek, ahli pertukangan, apapun yang membuat hidup ini lebih mudah dan nyaman yang kesemuanya ini atas kekuatan positif cinta.

Nah, setelah mengetahui persepsi Akal dan menjalaninya dalam kehidupan sehari hari, maka kemudian dianjurkan untuk meneggakkannya dalam lingkungan sekitar, mengajak semua orang untuk menjalaninya, secara pro aktif menciptakan lingkungan yang kondusif dalam mewujudkan nilai nilai ini hingga kemudian mengasihani dan membantu orang yang lemah, saling berbelas kasih merupakan konsekwensi logis agar mereka mereka menemukan jalan serta mampu mewujudkan nilai nilai mulia ini. Manusia mesti berjuang untuk selalu sampai pada persepsi akal ini karena mengingat jiwanya akan sama seperti apa yang dipersepsi, sehingga ketika persepsi tersebut hanya sebatas persepsi indrawia maka akan mempengaruhi jiwa, pun akan berbentuk sebagaimana tingkatan persepsinya. Sehingga seluruh bangunan pandangan hidupnya hanya akan berkisar di seputaran indrawiah. 

Misalnya mendefinisikan Kesuksesan dan kebahagiaan, secara logis hanya akan ber kisar diwilayah materi, sukses berarti mengumpulkan sebanyak banyak materi, punya rumah banyak, punya mobil banyak dan mewah dan harta harta materi lainnya. Bukan berarti dilarang punya materi namun belum menyempurna jika hanya sampai pada wilayah ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun