Mohon tunggu...
Manik Sukoco
Manik Sukoco Mohon Tunggu... Akademisi -

Proud to be Indonesian.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Penggunaan Green Fertiliser untuk Keberlangsungan Ekosistem

6 Februari 2017   18:32 Diperbarui: 17 Februari 2017   19:28 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Produksi pertanian harus meningkat setidaknya 60 persen untuk menyediakan pangan bagi populasi dunia yang terus tumbuh (Sumber: Thomson Reuters Foundation).

Peneliti menemukan sebuah pupuk sintesis yang mampu meningkatkan hasil panen dan mengurangi emisi karbon. Penemuan ini ditegaskan peneliti, setelah dilakukan pengujian penggunaan green fertiliser pada lahan pertanian di Srilanka. Dengan menggunakan green ferliliser, petani dapat memperlambat penyebaran pupuk sintesis. Harapannya, penemuan ini dapat membantu petani meningkatkan hasil panen mereka, dengan penggunaan lebih sedikit bahan kimia.

Pupuk kimia seperti urea, kaya akan kandungan nitrogen. Penggunaan urea merupakan salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan hasil pertanian dari tahun 1960-an dan 1970-an. Upaya ini dikenal dengan nama Revolusi Hijau. Namun, biaya pembelian pupuk ini, tetap saja relatif tinggi bagi petani di negara berkembang. Padahal menurut Reuters, produksi pertanian harus meningkat sekitar 60 persen untuk memberi makan populasi global yang terus tumbuh, dan diperkirakan akan mencapai angka 9 miliar pada tahun 2050.

Urea, yang biasa digunakan untuk menanam padi, gandum dan jagung, cepat larut ketika bercampur dengan air. Namun ternyata, sebagian dari nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh, hanyut sebelum akar tanaman dapat menyerap pupuk urea tersebut. Sebagai akibatnya, petani harus melakukan upaya-upaya lain untuk dapat meningkatkan produksi hasil panen mereka.

Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk operasional pertanian, dianggap terlalu mahal bagi petani-petani di daerah miskin. Hal ini dilaporkan dalam jurnal ilmiah ACS Nano (27/01/2017). Dalam jurnal tersebut juga disebutkan bahwa partikel urea yang tidak terserap oleh tanaman, akan mengikuti laju pengairan dan membentuk zat amonia yang mampu mencemari saluran air. Amonia ini nantinya akan menyebabkan pelepasan gas rumah kaca (emisi karbon).

Pupuk baru yang dikenal dengan istilah green fertiliser ini, mampu menunda larutnya urea, mengikatnya dengan mineral lain, dan memperlambat pelepasan nutrisi hingga 12 kali lipat. Percobaan awal menggunakan pupuk ini di Srilanka, menunjukkan peningkatan hasil produksi sebesar 20%, dengan penggunaan pupuk sekitar 50% lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya.

Gehan Amaratunga dari University of Cambridge di Inggris, menyampaikan harapannya akan peningkatan produksi pangan dengan penggunaan pupuk yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan green fertiliser ini mendukung prinsip-prinsip Revolusi Hijau, yang berusaha meningkatkan hasil panen dengan tetap menjaga keberlangsungan ekosistem.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun