Pandangan masyarakat terhadap keluarga kami pun ada perubahan setelah saya memberanikan diri adzan magrib di masjid. Kemudian mendapatkan jadwal Khotbah Jumat.
Dari sini rupanya mendapatkan respons yang baik dari masyarakat hingga ada anak-anak yang datang untuk belajar mengaji di ruang tamu.
Hingga saat lebaran pertama di rumah mertua, mendapatkan kesempatan bertugas khotbah salat ied. Saat ziarah di makam leluhur keluarga mertua, rupanya ustaz yang biasa memimpin doa sedang tidak sehat. Anak-anak dan menantu pun tidak ada yang bisa memimpin doa. Istri kemudian mendesak saya untuk memimpin doa.
Perlahan pandangan mertua ke saya pun sudah berubah. Hingga putra pertama lahir, impian pindah rumah pun belum terwujud. Tabungan untuk DP perumahan terpakai untuk biaya persalinan di Rumah Sakit dan syukuran Aqiqah. Namun yang paling penting sudah tidak ada lagi membanding-bandingkan antar keuangan mantu.
Menjelang usia anak satu tahun, gaji sudah naik dua kali lipat dan tabungan dirasa cukup untuk DP perumahan bersubsidi. Namun kembali diurungkan ketika saya mendapatkan kesempatan beasiswa S2 dari yayasan tempat saya mengajar.
Kuliah Pascasarjana meski tidak lagi memikirkan biaya semester, namun keperluan transportasi, membeli buku dan mengerjakan tugas rupanya tidak sedikit. Semua tetap disyukuri dan dijalani sebaik mungkin.
Hingga dua tahun kemudian lulus. Rencana pindah dari rumah mertua pun masih angan-angan. Tabungan terserap untuk biaya keperluan penelitian tesis yang tidak masuk dalam hitungan beasiswa.
Mertua cukup berbangga, bisa memiliki mantu kere tapi pendidikan lebih tinggi dari anak dan menantu lainnya.
Di saat gaji hanya cukup untuk uang belanja dan tidak bisa menyisihkan untuk menabung, Bapak sakit jantung. Anak-anaknya berkumpul untuk iuran kebutuhan biaya perawatan di rumah sakit dan berobat jalan.
Sadar tidak bisa ikut serta dalam membantu biaya pengobatan, saya hanya bertugas untuk menjaga Bapak selama satu minggu di rumah sakit.
Waktu jaga digilir, pagi hingga siang, Istri dan adik bungsu yang jaga Bapak dan Ibu mengasuh cucunya di rumah. Sore setelah tidak ada jam mengajar langsung bergantian jaga hingga pagi.