Impian seorang gadis biasanya ingin menikah mengenakan kebaya lengkap dengan riasan cantik. Berdampingan dengan suami tercinta yang gagah dengan stelan jas. Di pelaminan duduk bersanding bagaikan raja dan ratu.
Namun mimpi yang tinggal menunggu matahari terbit itu hancur bersama serombongan Polisi dan Satpol PP yang meminta pesta pernikahan dibubarkan.Â
Tidak boleh ada keramaian. Pelaminan yang sudah terpasang lengkap dengan bunga-bunga indah dan kursi sebagai singgasana harus diturunkan di malam itu juga.
Si calon pengantin hanya menangis melihat lokasi pesta pernikahan di depan rumahnya harus segera dibereskan.
"Kenapa jadi berurusan sama polisi?" kata pengantin baru di ruang percakapan grup whatsapp keluarga, di akhir kalimat ditambah dengan tiga emotion menangis.
Sejak dilamar oleh calon suami tercinta pada November 2019 lalu, jalan menuju pernikahan masih menemui drama ala sinetron. Ada seorang perempuan mengaku masih menjadi kekasihnya dan mengaku akan dinikahi dalam waktu dekat.Â
Sempat mengurungkan melanjutkan  hubungan ketika kemunculan orang ketiga, namun rupanya takdir Tuhan membuat hatinya mantap untuk melanjutkan rencana pernikahan.
Foto pre-wedding, mencari sewa dekorasi dan pakaian pengantin yang cocok dengan keinginan, kelengkapan sajian makanan, hiburan, surat undangan, sovenir, dan semua perintilan lainnya sudah siap dengan dana yang tidak sedikit.
"Pengumuman tidak boleh ada pesta itu cuma selang lima hari sebelum pesta. Di mana semua kebutuhan sudah banyak dibeli. Sewa hiasan pengantin sudah lunas," katanya bercerita lebih panjang. Sejak pestanya dibubarkan polisi, Dia tidak lagi berani mengaktifkan ponselnya.
Meskipun tenda dan pelaminan dibongkar pada malam harinya, namun prosesi akad nikah tetap berlangsung di pagi harinya. Suasana yang cukup sepi, jauh dari konsep kemeriahan di awal.
"Akad nikah jadinya ada orang ketiga, yaitu polisi sebagai saksinya, nambahin dua orang saksi dari pihak pengantin," katanya lagi dengan disertai emotion tersenyum.