Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menulis Naskah Drama Keroyokan Mengikat Rasa Kesatuan

4 Agustus 2021   15:57 Diperbarui: 4 Agustus 2021   17:44 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

"Tidak ada pekerjaan yang sulit, selama itu dilakukan dengan niat tulus dan penuh keyakinan," Dewar Alhafiz.

Rasa-rasanya tidak gentle jika pada tulisan sebelumnya yang berjudul Antara Prosesi Nikah Imajinatif dan Prahara Dahaga Kejombloan yang Kian Meronta saya hanya meyomot satu set dialog drama yang menjadi tugas pribadi saya. Atas dasar hendak menghilangkan rasa yang mengganjal itu pula, maka pada tulisan ini saya bermaksud menggenapkan keseluruhan dialog drama. 

Terbentuknya dialog drama ini sebenarnya tidak lepas dari lika-liku yang berdiri tegak di atas perbedaan yang terdapat dalam diri para penyusunnya. Entah itu dari segi latarbelakang; pertautan usia, status sosial, ekonomi, pendidikan, pengalaman dan wawasan, pekerjaan, lingkungan keluarga serta lain sebagainya. Sudah barang tentu semua perbedaan itu turut serta membidani proses kelahiran naskah drama semenjak pecah ketuban yang tidak disangka.

Sebutkan saja pecah ketuban yang tidak disangka itu tatkala kami berunding untuk menentukan beberapa bagian penting dalam drama,  seperti; judul, alur cerita, penokohan, karakter tokoh, setting tempat dan waktu serta lain sebagainya.

Dalam proses pecah ketuban ini, tidak dipungkiri di antara kami sempat mengalami kebuntuan dan sedikit percekcokan. Entah topik apa yang hendak digoreng lantas kami suguhkan ke hadapan para audiens. Bak secercah cahaya yang membelah kegelapan, tiba-tiba saja salah seorang teman mengusulkan mengangkat topik tentang perbucinan. 

Membaca chat itu, sebagian orang menyambutnya dengan sepenggal kata kesepakatan, sementara saya menyerapnya lalu memantulkan cahaya itu supaya lebih terang. Saya menambahkan usulan supaya topik perbucinan itu dibenturkan dengan realitas kehidupan sosial sekarang. 

Ditetapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan maraknya pernikahan di musim pandemi ini saya pikir sangat representatif mewakili realitas kehidupan sosial sekarang. Dari sanalah kami sepakat mengusung judul drama Pernikahan Terhalang PPKM. Satu masalah telah terpecahkan.

Selanjutnya, kami semua sibuk berbalas chat guna menentukan perihal alur cerita drama hendak seperti apa. "Dibuat komedi romantis tapi juga menyelipkan sedikit kritik," tulis saya mengusulkan gambaran besar genre cerita drama. Beberapa orang merespon dengan cepat dan menyambutnya penuh gembira, bahkan satu-dua orang menyambung ide itu menjadi bagian-bagian adegan yang lebih kentara. 

Setelah masalah kedua terpecahkan, setapak jalan terang itu kami susul dengan menentukan siapa saja tokoh yang harus terlibat di dalamnya. Penentuan tokoh pemeran ini tentu harus disesuaikan dengan jumlah anggota. Kebetulan kami yang tergabung dalam kelompok 1 beranggotakan 8 orang. 

Saya berperan sebagai aktor utama, Roni. Ayu Setia Ningtyas berperan sebagai aktris utama, Ayu. Sri Rahayu berperan sebagai Satpol PP. Diana Syamila berperan sebagai petugas KUA dan Ibunya Roni. Fahma berperan sebagai Ibu dari tokoh Ayu. Jeng Trizta berperan sebagai Ibu Eka yang merupakan teman dari tokoh Ibunya Ayu sekaligus berperan sebagai penghulu. Sementara Yatno memainkan dua peran sekaligus, yakni sebagai bapak dari tokoh Ayu dan Roni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun