Akan halnya seberapa banyak benarnya jumlah jamaah atau massa yang hadir pada acara Reuni Akbar 212 yang digelar di Jakarta beberapa hari kemarin. Rupanya masih saja menjadi bahan perdebatan.
Saya tak ada minat masuk dalam perdebatan tersebut karena terus terang saya tidak punya kapasitas apapun sebagai modal berdebat.
Sebagai seorang yang ikut hadir digelaran Akbar tersebut saya ingin sedikit berbagi. Boleh dicatat bahwa ternyata lebih banyak lagi jamaah atau massa dari kawasan pinggiran Jakarta yang datang setelah sholat subuh di kawasan masing-masing. Bagaimana saya tahu? Ya dari hasil beramah-tamah dengan beberapa dari massa yang saya temui.
Saya sendiri berangkat sekitar jam enam seperempat setelah sholat subuh dan bantu-bantu bebersih rumah bahkan sarapan pagi. Dengan susah payah dengan menumpang ojek online yang hanya sanggup bermanuver diantara pejalan kaki dan sepeda motor sampai ujung flyover Jatibaru dan selebihnya saya ikut berdesak-desak berjalan kaki ke arah Monas.
Orang hanya berkutat menyebut-nyebut massa di sekitar kawasan Monas saja; yang termasuk di situ Jalan Merdeka Barat sekitar Museum Nasional sampai Jalan MH. Tamrin. Medan Merdeka Selatan sekitar Balai Kota. Juga Medan Merdeka Timur sekitar belakang Stasiun Gambir.
Saya yang datang dari arah barat yang boleh dibilang kesiangan nyaris untuk masuk Jalan Budi Kemuliaan saja tidak bisa. Rupanya saya harus berimpitan dengan massa yang terus merangsek dari arah Jalan Majapahit/Harmoni sampai Jalan Abdul Muis. Saya menyaksikan massa yang datang dari Stasiun Tanah Abang yang bak air bah yang terus menggelontor.
Saya tidak tahu bagaimana dahsyatnya massa yang berdatangan ke arah Timur dan Selatan Monas dari arah Stasiun PS. Senen dan dari Gondangdia.
Tapi dari pemberitaan yang saya dapat dari harian Warta Kota yang terbit hari Senin (3 Desember 2018) yang menyebutkan meninggalnya seorang peserta Reuni 212 yang meninggal diduga akibat kelelahan.
Warta kota menyebutkan Riko Idris untuk menuju kawasan Monas bersama rombongannya memarkir sepeda motornya di sekitar Gedung Universitas YAI. Jalan Kramat Kwitang, Senen. Riko Idris melanjutkan pejalanan dengan berjalan kaki.