Mohon tunggu...
Malpa Mzj
Malpa Mzj Mohon Tunggu... -

pada batas cakrawala, selalu cahaya menawarkan harapan masa depan..dan aku akan menjemputnya..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembentukan Konsep Diri yang Positif Pada Anak

5 September 2011   08:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:13 11305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Konsep diri memiliki peranan penting dalam menentukan perilaku individu sebagai cermin bagi individu dalam memandang dirinya. Individu akan bereaksi terhadap lingkungannya sesuai dengan konsep dirinya, menurut Burns (1993) pembentukan konsep diri memudahkan interaksi sosial sehingga individu yang bersangkutan dapat mengantisipasi reaksi orang lain. Pola kepribadian yang dasarnya telah diletakkan pada masa bayi, mulai terbentuk dalam awal masa kanak-kanak. Orang tua, saudara kandung dan sanak saudara lainnya merupakan dunia sosial bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan mereka kepada anak- anak dan bagaimana perlakuan mereka merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu inti pola kepribadian.
Individu memberi respon terhadap dirinya sendiri dan mengembangkan sikap diri yang konsisten dengan apa-apa yang diekspresikan oleh orang lain di dalam dunianya. Hasilnya individu tersebut memahami dirinya sendiri mempunyai sifat-sifat dan nilai-nilai yang oleh orang lain mempertalikan dengan dirinya (Burns,1993).

A. Pengertian konsep Diri
1. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki individu tentang dirinya; meliputi karakteristik fisik, sosial, psikologis, emosional, aspirasi dan prestasi (Hurlock).
2. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya sendiri yang dapat bersifat psikologis, sosial dan fisik (Brooks).
3. Konsep diri adalah pengetahuan dan evaluasi terhadap diri sendiri yang diperoleh
melalui pengalaman dari interaksi dengan orang lain (Burns).

Konsep diri mulai terbentuk dan berkembang begitu manusia lahir. Soeitoe menyatakan konsep diri seseorang terbentuk dari pengalaman sendiri dan dari uraian yang diberikan orang lain tentang dirinya. Pengalaman sendiri dan informasi dari lingkungan terintegrasi ke
dalam konsep diri. Konsep diri merupakan faktor bawaan tapi dibentuk dan berkembang melalui proses belajar yaitu dari pengalaman-pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Individu dengan konsep diri yang tinggi lebih banyak memiliki pengalaman yang menyenangkan daripada individu dengan konsep diri yang rendah.

B. William D.Brooks (Rahkmat, 2005:105) bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif, dapat dikatakan juga individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif.
Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah :
1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif. Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
Ciri-ciri Konsep Diri yang Positif:
1. Mempunyai penerimaan diri yang baik.
2. Mengenal dirinya sendiri dengan baik.
3. Dapat memahami dan menerima fakta-fakta yang nyata tentang dirinya.
4. Mampu menghargai dirinya sendiri.
5. Mampu menerima dan memberikan pujian secara wajar.
6. Mau memperbaiki diri kearah yang lebih baik.
7. Mampu menempatkan diri di dalam lingkungan.

C. Tanda-Tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah :
1. Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru.
2. Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain.
3. Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan).
5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
Individu yang memiliki konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan cenderung bersikap psimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri maupun menyalahkan orang lain.
Ciri-ciri Konsep Diri yang Negatif
1. Peka terhadap kritik.
2. Responsif terhadap pujian.
3. Hiperkritis; individu selalu mengeluh, mencela dan meremehkan apapun dan siapapun.
4. Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain.
5. Pesimis terhadap kompetisi (dalam kehidupan).
6. Tidak dapat menerima kekurangan dirinya.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1. Penampilan diri.
2. Hubungan keluarga; sikap keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri individu. Dukungan dan kritikan menjadi masukan berharga dalam penilaian individu terhadap dirinya.
3. Kreatifitas dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dapat menambah rasa percaya diri.
4. Lingkungan.
5. Reaksi orang lain terhadap dirinya.
6. Usia.
7. Jenis kelamin; sumber KD laki-laki dari keberhasilan pekerjaan, sedangkan sumber KD perempuan dari keberhasilan dalam menunjukkan citra kewanitaannya.

E. Konsep diri pada anak adalah suatu persepsi tentang diri dan kemampuan anak yang merupakan suatu kenyataan bagaimana mereka memandang dan menilai diri mereka sendiri yang berpengaruh pada sikap yang mereka tampilkan. Konsep diri anak terbentuk melalui perasaan anak tentang dirinya sendiri sebagai hasil:
1. Interaksi dan pengalaman-pengalaman dengan lingkungan terdekat.
2. Kualitas hubungan yang signifikan dengan orang tua dan keluarga terdekat.
3. Atribut/media yang diberikan lingkungan terhadap dirinya.

F. Setiap anak sebagai individu di lingkungannya memiliki kebutuhan:
1. Anak merasa disayang dan dimiliki.
2. Anak merasa bagian yang penting dalam keluarga.
3. Anak merasa mampu dan bias melakukan eksplorasi
4. Anak merasa berguna.

G. Perkembangan Konsep Diri Tergantung dari:
1. Penilaian dan attachement orang tua/pendamping pada anak baik dari sisi fisik maupun ide tentang siapa anak kita.
2. Umpan balik yang diberikan orang tua/pendamping terhadap sikap-sikap awal yang ditunjukkan anak, apakah positif mengarahkan atau serba dilarang.
3. Imitasi dari perbuatan orang tua/pendamping karena orang tua merupakan model/contoh anak.
4. Identifikasi terhadap orang tua.

H. Upaya Positif yang Bisa dilakukan orang tua/pendamping:
1. Tunjukkan sikap hangat, rasa sayang dan ikhlas dalam berhubungan dengan bayi dan anak-anak.
2. Banyak berbicara, berkomunikasi positif dengan memberi stimulasi sebanyak mungkin walaupun reaksi bayi/anak belum siknifikan
3. Berdongeng bersama anak sejak bayi sebagai alat transfer nilai moral, komunikasi dua arah dan kreativitas.
4. Mengerti kecenderungan dan kebutuhan anak, seperti arti tangisan anak.
5. Hindari perbandingan anak dengan anak lain dan berbicara tentang keburukan anak pada orang lain di depan anak.
6. Fokuskan perhatian pada sisi positif anak dan perhatikan serta motivasikan agar anak mengenal kemampuan-kemampuannya.
7. Tunjukkan apresiasi orang tua/pendamping terhadap sisi positif anak dan juga katakan bahwa orang lainpun mengapresiasi dia.
8. Jika memberikan batasan terhadap perilaku anak, nyatakan secara jelas dampak dari perilakunya terhadap anak lain atau dirinya sendiri.
9. Buatlah pilihan-pilihan yang menghindari kata “tidak” & “terserah” dalam pendidikan disiplin, rutinitas positif.
10. Hindari memberi hukuman dan melontarkan kata-kata atribut negatif seperti: “kamu anak yang paling cengeng, rewel, nakal” atau “di dunia cuma kamu satu-satunya yang susah diatur”
11. Jadikan rumah tempat yang aman untuk anak bergerak dengan memperhatikan keamanan dari colokan listrik dan barang-barang di rumah yang bisa mencelakakan anak.
12. Biarkan anak berimajinasi dan bereksperimen serta menyatakan perasaan mereka dengan segala keunikannya, aktiflah bersama imajinasi anak.
13. Beri kesempatan pada anak anda untuk bereksplorasi, mencoba karena selama ada ruang untuk berbuat suatu kesalahan, disana anak belajar.
14. Hargai anak atas apapun yang mereka lakukan meskipun kecil.
15. Jujurlah terhadap kondisi yang dialami anak, jangan membohonginya dengan tahayul
16. Jadilah contoh atau model dan lakukan kegiatan sederhana bersama anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun