Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gatot dan Ryamizard adalah Pasangan Terbaik

18 Oktober 2017   13:42 Diperbarui: 18 Oktober 2017   13:55 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada sebuah wawancara yang dilakukan jurnalis Amerika Serikat David Barsamian dan rekannya Liem Siok Lan terkait dengan Aceh ketika masa Daerah Operasi Militer (DOM). Hasil wawancara itu kemudian mereka jadikan buku dengan judul "Menembus Batas; Beyond Boundaries, Damai untuk Semesta" yang diterbikan Yayasan Obor Indonesia pada tahun 2008 silam.

Menariknya, di dalam buku itu ada sederet testimoni tentang TNI yang disampaikan secara obyektif dan tanpa prejudice negatif. Barsamian menyampaikan hasil investigasinya tentang sosok Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Di dalam buku tersebut, ada dialog antara Barsamian dengan dengan mantan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Begini kalimatnya:

"Awalnya saya tidak mengenal Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, kalau saja seorang teman petinggi GAM tidak bercerita kepada saya, bahwa "sebenarnya kalau GAM mau membunuh Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu gampang sekali, karena sang Jenderal ke sana ke mari naik sepeda motor, turun ke lapangan, makan di warung pinggir jalan, memimpin langsung di lapangan." Barsamian bertanya "lalu kenapa tidak?"

Teman GAM menjawab "Jenderal Ryamizard paham apa yang seharusnya dikerjakan untuk rakyat Aceh." Dia bekerja dan ada hasil yang dinikmati rakyat Aceh. Waktu itu, TNI membangun jalan di Aceh yang terputus karena tsunami. Karena tidak bisa menyusuri pantai yang sudah terlanda lumpur, maka harus membabat gunung perbukitan, di mana pusat GAM berada.

Mantan petinggi GAM mengatakan peranan Pemerintah Indonesia, melalui TNI, memang harus menjadi ujung tombak dalam keadaan tidak normal seperti itu. Sementara bantuan yang ada dari pihak asing semua, kalau TNI tidak terjun secara nyata, Indonesia akan menjadi bulan-bulanan orang-orang Aceh juga di dunia.

Barsamian mengisahkan hasil investigasinya, Jenderal Ryamizard mampu menyelesaikan pembangunan jalan yang terputus dalam waktu tiga bulan dengan biaya minimum. Dia langsung terjun ke lapangan dan memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar, bukan dalam hitungan proyek di atas kertas yang biayanya bisa beberapa kali lipat. 

Banyak orang pusat yang bilang Jenderal Ryamizard Ryacudu seperti Bandung Bondowoso, mitos yang membuat kapal dalam semalam. Dia membuktikan dengan menerjunkan pasukan dari beberapa batalyon serta dalam kesempitan dana, yang penting prajurit dapat makan, Ryamizard berhasil membawa Aceh dalam kedamaian yang hingga saat ini dirasakan semua pihak.

Cerita di atas hanya sekelumit fakta bagaimana sebenarnya Ryamizard Ryacudu menjadi tokoh militer Indonesia yang tajam visinya dan mampu mengendalikan operasi di lapangan dengan optimal. Ryamizard Ryacudu adalah putra terbaik bangsa. Sikapnya yang tegas kadang membuat sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, memperhitungkan Indonesia dari sisi militer.  

Dia masuk dalam kategori Jenderal yang disegani Amerika karena pernah melontarkan pernyataan adanya 60 ribu agen di Indonesia yang bekerja untuk kepentingan intelijen asing. Para agen ini adalah orang Indonesia yang menggadaikan harga dirinya demi uang dengan menjadi kaki tangan asing. Para agen itu bisa saja wartawan, dosen, teknokrat, anggota DPR dan sebagainya. Dengan kondisi demikian, tentu akan menjadi sangat bahaya bagi pertahanan dan keamanan negara.

Menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu menorehkan program Bela Negara yang berangkat dari "rasa cinta tanah air". Boleh lah disamakan program Bela Negara ini dengan Swadesi, yang pernah dipopulerkan Mahatma Gandhi sekitar lima dasawarsa silam. Sekilas, gerakan itu hanya untuk "memenuhi kebutuhan sendiri", namun sejatinya Swadesi adalah bukti cinta tanah air dan bela negara yang berhasil membawa India keluar dari keterpurukan dan merebut kemerdekaan hakiki. Tidak berlebihan rasanya menyebut Ryamizard sebagai Gandhi yang dianugerahkan Tuhan untuk Indonesia.

Di saat yang sama, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo hadir sebagai perwira tinggi militer Indonesia yang cerdas dan kharismatik. Analisanya tajam tentang bagaimana Indonesia menghadapi ancaman proxy war dan perang asimetris. Konsepnya tentang keindonesiaan luar biasa. Bahkan, dengan gagah berani, Jenderal Nurmantyo mendesak rakyat Indonesia untuk kembali pada jati diri Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Dia pun melontarkan gagasan Politik Negara di tengah keriuhan dan ingar bingar manuver politik sekelompok elit parpol. Tentu ini mengundang cibiran dari pihak-pihak yang terusik kepentingannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun