Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Miris, Ketika Pilihan Rakyat Tergantung di Ujung Rupiah

6 Desember 2013   21:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:14 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sumber:  rakyatsulsel.com

Tak sengaja tatkala saya bersilaturrahmi di salah satu tokoh pemuda di desa saya, kebetulan memang beliau memang sangat ngefans dengan salah satu partai yang tak perlu saya sebut nama partainya. Karena saking ngefansnya beliau selalu memuji-muji dengan sangat lantang bahwa partai yang saat ini digandrunginya adalah partai yang paling baik, sangat memasyarakat. berbeda dengan partai yang suka ndalil (memakai dalil) ternyata tidak lebih baik. (tukasnya)

Sambil saya menyeruput air teh, saya kembali bertanya, mas jika ada calon yang tidak punya duit karena memang bukan orang yang kaya tapi dia berjanji ingin memajukan desa kita kira-kira sampeyan (anda) setuju nggak?. Jawab beliau "wah kalau cuma tampang tok yang nggak ngasih duwit ya saya dan anak buah saya nggak mungkin milih mas!". Bahkan yang saya sempat terkejut tatkala beliau menyarankan agar menjanjikan sejumlah uang sesuai dengan kesepakatan maka anak buah (maksudnya para pemuda) pasti akan memilih.

Saya pun tertegun, dalam hati bertanya apakah sudah seburuk inikah masyarakat pemilih di Indonesia? Masyarakat bawah yang semestinya justru menentang aksi politik uang (money politic) justru malah mendukung aksi bermain uang. Bahkan beliau dengan terang-terangan akan menjanjikan suara yang cukup besar jika di antara calon tersebut mau menyerahkan uang jika ingin meraup suara yang signifikan. Selain itu membuat perjanjian kalau mendapatkan suara yang signifikan harus menyerahkan sejumlah uang. Tentu saja keinginannya tidaklah sedikit lantaran uang itu akan dibagi-bagikan para "anak buah" yang dianggap membantu mencari suara.

Hati saya seketika down, galau dan penuh tanda tanya, ternyata budaya money politic sudah menjadi tradisi dan menjadi trend yang tidak dapat dihilangkan di setiap lini masyarakat. Tidak hanya para politisi yang aktif menyebarkan lembaran-lembaran rupiah, ternyata masyarakat bawahpun tak luput dari tindakan yang tidak terpuji dan mencederai makna demokrasi yang diharapkan bersih. Tapi dengan kenyataan yang saya lihat dan saya dengar justru sebaliknya masyarakat sudah menganggap money politic sesuatu yang biasa bahkan wajib. Bahkan mereka cenderung tanpa takut dan malu-malu mengatakan bahwa jika ada calon yang memberikan sejumlah uang yang lebih banyak maka mereka akan memberikan suaranya pada yang bersangkutan.

Sebuah gejala kronis dan ironis terhadap proses demokrasi. Mungkin hal inilah sejatinya yang menjadi penyebab para politisi busuk dengan uang dapat memenangkan pesta demokrasi, karena mereka sudah bermodal uang sebagai alat untuk mendulang suara. Sehingga bagaimanapun kita berteriak hentikan money politic, bersihkan politik dari politik uang, sepertinya teriakan kita akan sia-sia.

Melihat kondisi yang sudah sangat parah inilah sejatinya yang mengekalkan aksi curang dalam politik, dan sebuah pola pemikiran para pemilih yang menautkan suaranya hanya demi selembar uang, tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi jika para politikus busuk itu dapat memenangkan pesta demokrasi. Makanya wajar saja aksi KKN semakin merajalela, seperti sudah menggurita dan kita tidak dapat melepaskan lilitannya dari sistem politik di tanah air.

Kalau ternyata masyarakat bawah sudah menjadi dalang yang justru menggerakkan aksi politik uang maka dapat dipastikan proses demokrasi tak kan pernah berjalan mulus, tetap akan ada aksi pelaporan dari calon yang kalah disebabkan prosesnya yang sudah curang. Dan kalau saja kasus money politik ini dibiarkan dan setiap pengaduan terkait pelanggaran pemilu tidak dapat diselesaikan dengan arif dan bijaksana serta konsisten sejatinya kita tidak akan pernah dapat keluar dari jeratan para polisiti busuk yang cenderung korup.

Apalagi sebentar lagi Pemilu tahun 2014 akan berlangsung, sepertinya gerakan sebar-sebar uang sudah mulai dilaksanakan, maka siapapun juga yang peduli dengan pemilu yang jujur sejatinya aksi money politik harus benar-benar diberantas sampai ke akar-akarnya. Jika kebusukan tersebut tidak juga dapat diberantas maka tunggu  saja kiamat Indonesia akan segera tiba.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun