Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Anda Menulis Tak Ingin Mendapatkan Uang?

20 April 2014   05:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertanyaan ini terlihat konyol, dan sepatutnya tak perlu ditanyakan pun akan ada dua versi jawaban yang akan saya terima dari para penulis di Kompasiana. Entah itu jawaban jujur atau jujur kacang ijo. Yang pasti mereka menulis tentu mempunyai tujuan tertentu. Ngak mungkin juga kan kalau menulis tak memiliki tujuan? Seperti saya sendiri sih kepinginnya ikutan lomba ya bisa menang. Itung-itung dapat uang bensin. Hehe

Tapi melihat para kompasianer yang begitu aktif menulis di kompasiana yang dengan sukarela menjadi media sosial ini semakin booming dan dicintai membernya, tentu saja di antara mereka memiliki tujuan dan harapan yang hendak dituju, bisa berupa sosialisasi buku, mencari penghasilan dari iklan, ada juga yang memang berdakwah atau membawa misi tertentu dan menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi kacamata penulisnya. Bahkan ada pula yang mau menjadi silent reader tak pernah menulis tapi sekali mereka menulis langsung nangkring sebagai pemenang di kompetisi menulis di Kompasiana.

Jujur atau tidak jujur saya sendiri sebenarnya pun berpikir bahwa ketika mengikuti lomba menulis di kompasiana ingin mendapatkan kesempatan memenangkan kompetisi tersebut. Bahkan semua penulis di kompasianapun berambisi mendapatkan label-label kehormatan tertentu yang dianugerahkan oleh media sosial ini. Bahkan setiap ada perlombaan selalu membuat tulisan yang benar-benar apik, sehingga wajar saja jika mereka mendapatkan kesempatan untuk memenangkan kompetisi tersebut. Kadang saya hanya berharap tidak hanya event perlombaan tersebut yang memacu diri untuk menulis, tapi dukungan dari hobilah kiranya selalu mengetikkan baris-baris kalimat di Kompasiana.

Namun demikian, siapa sih yang tak pernah mengikuti event perlombaan tersebut? Jika ada yang sama sekali tidak pernah mengikuti perlombaan, berarti kompasianer tersebut memang benar-benar penulis gratisan yang bertujuan membagi pengalamannya. Tapi secara pribadi, kayaknya saya pun ingin memperoleh kesempatan meraih trofi kemenangan.

Memenangkan event perlombaan hakekatnya sebuah bonus yang memacu diri untuk lebih giat menulis, namun bagaimana dengan para penulis yang sama sekali tak pernah ingin merasakan manisnya hadiah dari Kompasiana? Mungkin Anda adalah salah satunya yang nggak ngarep-ngarep menang karena dianggap tidak penting. Apalagi hadiah yang diberikan teramat kecil.

Tapi itulah karya, jika tulisan kita ternyata mampu menembus menjadi tiga besar tentu saja nama penulisnya semakin dikenal dan dikenang oleh member lainnya. Tak hanya materi yang didapatkan tapi juga karena kebanggaan tersendiri yang akan mereka peroleh. Tidak hanya kebanggaan bahwa karya tulis menulis kita dianggap sempurna atau paling baik, tentu saja semakin memacu adrenalin supaya semakin sibuk lagi dengan karya-karya yang terbaru.

Menjadi pemenang adalah kebanggaan, tidak memenangkan sekali pun kompetisi pun sudah menjadi pemenang bagi diri sendiri. Kompetisi untuk mengalahkan kemalasan diri untuk tidak menulis. Itulah salah satu sudut pandang bagi saya sendiri. Entah bagi penulis lainnya.

Namun yang sampai saat ini masih mengganjal dalam benak saya adalah apakah setiap penulis di kompasiana siap menjadi orang yang kalah? Siap jika tulisannya tak pernah sekalipun mentereng di mimbar kemenangan? Sepertinya tidak ada satupun yang bersedia kalah. Pasti semua ingin memperoleh kemenangan dan konsekuensi positifnya adalah hadiah yang cukup menjanjikan. Meskipun sulit pula untuk menang jika ternyata tim penilai amat selektif dan kritis terhadap hasil karya peserta lomba. Sehingga tatkala sudah diumumkan siapa saja pemenangnya, harapannya tidak ada lagi yang komplain atau kecewa dengan kekalahan. Dengan kata lain harus legowo dan mengakui bahwa ada penulis lain yang berkompeten dalam menghasilan karya. Boleh jadi memang alur bahasanya yang sangat baik dan tentu saja sesuai dengan selera dari perusahaan yang menyelenggarakan perlombaan. Ditambah lagi dengan penilain dari tim admin yang tentu saja amat berpengaruh pada penentuan siapa pemenangnya. Sehingga apapun tulisannya, jika para eksekutor tersebut tidak sepaham dan tidak ngeh yang jangan berharap tulisan kita akan muncul.

Kembali pada persoalan butuh atau tidak butuh uang ketika menulis di kompasiana. Tentu saja bagi mereka yang tak butuh hasil dari kompasiana karena mereka sudah banyak menghasilkan karya yang tentu saja tinggal disosialisasikan di media ini. Namun bagi yang belum sama sekali memiliki karya tentu saja disinilah tempat menggembleng dan belajar menulis. Meskipun kadang tulisan yang kadang dianggap baik oleh admin masih saja diprotes dan dianggap tidak layak. Lah gimana ketika kita ingin belajar menulis ternyata yang dicontoh gak juga bener. hehe

Jika sebuah tulisan yang baik menurut admin dianggap tak pantas, tentu saja kredibilitas admin kompasiana dipertanyakan. Atau justru protes-protes yang muncul karena sentimen tertentu dan rasa ketidak puasan yang berlebih-lebihan terhadap tulisan yang dihasilkan oleh orang lain. Buntutnya aksi protesnya terkesan narsis dan seperti cemburu dengan kebijakan tim juri maupun admin yang menilai. Jangankan di event perlombaan, di kolom HL pun penuh dengan pro dan kontra.

Namun dalam konteks obyektifitas dan profesionalisme di sini posisi admin amat dipertaruhkan. Tatkala ada banyak protes karena tulisan yang dijadikan juara itu ternyata penuh kontra dan ditentang karena tak layak maka tim adminpun harus berkaca. Apakah sang pemrotes memiliki kemampuan yang melebihi tim admin atau memang kompasianer sendiri yang tak paham?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun