Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Astaghfirullah, Sampai Kapan Kita Benci Presiden?  

25 November 2015   22:05 Diperbarui: 4 Desember 2015   09:34 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Sifat2 pendengki"][/caption]

Tiba-tiba saya tertarik dengan status dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, akun ini adalah akun resmi milik Kementerian yang mengurus bidang  pendidikan di negeri ini. Di mana status tersebut menceritakan bahwa Presiden Jokowi mengundang guru-guru SMP dan SMA untuk hadir ke istana. Presiden mengundang para guru beliau sebagai bagian penghormatan kepada sosok guru yang pernah berjasa mendidik sang Presiden hingga beliau tumbuh menjadi pemimpin di negeri ini. Undangan tersebut adalah puncak acara Peringatan Hari Guru Nasional yang digelar tanggal 24 November 2015.

Statusnya kurang lebih seperti ini:

“Kisah Guru Presiden Jokowi Saat Diundang Makan Siang di Istana

Puncak Peringatan Hari Guru Nasional, yang digelar pada 24 November 2015, menjadi hari yang istimewa bagi sebelas guru yang datang dari Solo. Mereka adalah guru-guru dari Presiden Joko Widodo saat duduk di bangku SMP dan SMA. Ke-11 guru itu diundang secara khusus ke Istora Senayan untuk menghadiri Puncak Peringatan Hari Guru Nasional 2015. Presiden bahkan mengistimewakan guru-gurunya itu dengan mengundang mereka dalam jamuan makan siang di Istana Negara.” Lebih lengkapnya silakan dibuka di Akun facebook Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. disini, atau disini

 

Sejenak saya membaca status itu tidak ada yang salah, tapi yang salah atau keliru mencerna lebih tepatnya adalah sebuah komentar yang ditulis oleh Romli Ali Aan. Beliau mengomentari status Kemendikbud RI dengan pernyataan begini:

“kasian guru SD nya di LUPAKAN”

Komentar itu sepertinya biasa-biasa saja, lantaran boleh jadi pak Romli ini hanya menanyakan kenapa guru SD nya tidak diundang juga. Namun sayang sekali redaksi komentar yang ditulis pak Romli cukup menyentak guru-guru lain yang juga berkomentar. Dengan kata di LUPAKAN dengan huruf besar, tentu ada point tersendiri yang cenderung sarkasme, atau kasar.

Karena komentar kasar itu, akhirnya para pengguna facebook pun berkomentar beragam:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun