Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Andaikan Aku Jadi Admin Kompasiana

12 Desember 2017   20:03 Diperbarui: 14 Desember 2017   15:38 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar : Ilustrasi admin Kompasiana (Arke, kompasiana.com)

Malam ini rintik-rintik hujan semakin rapat mengguyur kampung di mana aku tinggal. Sembari cuap-cuap bersama sang abi, pikiranku tiba-tiba melayang-layang liar. Dari memikirkan hawa dingin yang menusuk kulit, juga mendengar kabar bahwa di Ibukota terendam banjir. Sedih rasanya mengapa kota yang begitu dipuja-puja dan dipersolek dengan anggunnya ternyata begitu menderita. Derita karena banjir yang tak juga berakhir.

Bersyukur kampungku dijauhkan dari banjir. Mungkin di sini terlalu sedikit yang memangku dosa-dosa dengan gagahnya, sedangkan ibukota, terlalu indah jika harus aku katakan sebagai kota yang terhormat. Lantaran terlalu banyak insan-insan yang tak layak dihormati karena perilaku culas, curang, dan hobinya pada korupsi.

Sudahlah, tak perlu membahas bagaimana lika-liku suasana hati penghuninya, dan warna-warni kondisi yang menyertai. Biarlah kuserahkan pada yg punya kepentingan dan wewenang. Sembari kuberdoa semoga Jakarta aman, damai, tentram dan segera entaskan masalah kemiskinan dan kebanjiran.

Kembali ke judul, andaikan aku jadi admin kompasiana. Pertama, Rasa-rasanya tak sanggup aku melakukannya. Entah sebulan, atau hanya semenit saja, sepertinya tak mampu aku lakukan. Karena begitu kompleksnya masalah yang dihadapi, seperti member yang berlainan suku, agama, dan golongan. Serta berbedanya kepentingan politik maupun individunya. 

Jangankan menjadi admin, menjadi penulisnya saja sudah empot-empotan (susah sangat) apalagi harus mengurus aneka perasaan dan harapan, tentu otak saya pasti meleleh, atau justru meledak. Gak bisa memenuhi harapan semua orang.

Kedua, lagi-lagi saya mengajukan pengunduran diri karena terlalu banyak akun tuyul yang begitu mudah membuat gaduh dan ramai persoalan. Akun tuyul seperti ndak punya dosa meskipun membuat banyak hati terluka (norak). 

Bagaimana mungkin mau jadi admin kompasiana, ngurus empat orang di rumah saja sudah pusing tujuh keliling. Apalagi mengurus ratusan orang yang katanya para penulis hebat, juragan, cerpenis, novelis dan saya sendiri yang kuli serabutan ini. Tentu ndak mudah.

Ketiga, keputusan yang pasti saya lakukan adalah saya akan mengumumkan secara terbuka, siapa sebenarnya yang bisa menjamin kompasiana bersih dari sampah dan tulisan hoax? Karena saya sendiri kadang terjebak pada hal-hal tersebut. Ya maklum, sedari kecil sudah terbiasa makan micin. Makanya saya ndak marah jika dipanggil generasi micin (mringis)

Keempat, saya akan mengkoordinir anggota genk saya agar mengabarkan pada khalayak banyak, bahwa saya tidak pantas menjadi admin lantaran situsnya mudah dihack atau dikasih virus. Khususnya virus cinta buta. Buta bukan karena ndak punya mata, tapi karena kebanyakan mabuk rayuan gombal. Maka saya ndak berani menisbahkan dan mendaftarkan diri sebagai admin. (Nyungsep)

Kelima, jika ada yang menganggap saya mampu jadi admin, maka yang punya anggapan itu adalah orang yang paling berjasa atas tersebarnya generasi-generasi micin selanjutnya. Lah wong menulis saja acak adut kog jadi admin. Weleh-weleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun