Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tradisi Berkirim Berkat ala Orang Jawa

19 Oktober 2017   09:38 Diperbarui: 20 Oktober 2017   06:14 1187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tradisi atau budaya hakekatnya sebuah warisan turun temurun, baik berkaitan laku tutur, karya cipta atau kebiasaan yang alami ternyata sampai sejauh ini masih sering saya temui.

Tradisi tersebut karena sudah kental dan menjiwa atau membumi pada komunitas atau populasi masyarakat tertentu, ternyata sungguh arif untuk dicintai dan tentu saja diajarkan atau sesuatu yang layak diapresiasi. Terlepas bagi sebagian orang memilai itu mubah, atau bid'ah sekalipun, asalkan kebiasaan itu baik, dan tujuannya baik pula, tentu tidak menjadi persoalan.

Seperti halnya tradisi berbagi berkah, berkat atau brokohan. Yang artinya berbagi rezeki dan berbagi kebahagiaan, meskipun hanyalah sebungkus nasi urap. Nasi yang dilengkapi dengan urap sayur-sayuran, keringan tempe dan sayur mie serta dilengkapi sebutir telur rebus. Sebelum diberikan biasanya yang berhajat sdh terlebih dahulu meniatkan sesuatu dan didoakan.

Khususnya bagi kalangan orang Jawa yang muslim NU ternyata tradisi ini masih dilestarikan. Bangga rasanya jika tradisi berbagi rezeki dengan tetangga tidak hilang ditelan modernitas.

Hidangan yang biasanya dibungkus daun pisang atau daun jati, ternyata saat ini sudah berubah menjadi berbungkus kertas-menjadi nasi kotak. Namun tidak semua sudah berubah kertas, karena di daerah saya masih berbungkus daun pisang. Akan tetap, sayang sekali tradisi berbagi rezeki sdh banyak ditinggalkan. Alasannya karena sudah ketinggalan zaman atau terkesan kuno dan ribet. Padahal tradisi adalah tradisi yang harus diwariskan turun temurun. Abaikan faktor perbedaan paham apakah itu bid'ah atau tidak. Asalkan bukan bentuk kesyirikan maka boleh-boleh saja. 

Berbagi sedekah dengan bentuk yang beragam seharusnya tetap dilestarikan. Tidak berbentuk makanan, karena sedekah itu bisa berbentuk uang, barang, bahkan ilmu pun bisa disedekahkan.

Berbagi berkat dan konsep sedekah ala Nabi

Tahukah anda, bahwa sedekah itu ajaran yang mulia. Kebudayaam kita pun mengajarkan tentang semangat berbagi dan bergotong royong. Apalagi dalam agama, ajaran yang elok ini selalu disampaikan dan dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul. Oleh karena itu kebiasaan yang baik semestinya jangan dihilangkan dengan alasan tidak ada petunjuk tentang "berkat" tadi. Tapi semangat berbagi jelas termaktup dalam ajaran Tuhan dalam kitab sucinya.

Seperti di desa kami, memberikan sebagian rezeki ala berkat atau sedekah makanan bukanlah hal baru. Di setiap acara keagamaan atau adat semangat berbagi makanan tidak pernah ditinggalkan. Acara kenduri, yasinan, syukuran kelahiran anak atau sekedar syukuran karena telah sukses membangun rumah atau membeli kendaraan pun dilengkapi dengan bagi-bagi kebahagiaan.

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh, misalnya menyambung tali persaudaraan atau silaturrahim dan juga menguatkan semangat solidaritas yang mampu membantu yang lemah dan yang kaya membantu yang miskin. 

Memecah kebuntuan komunikasi akibat perbedaan status sosial, dan mengikat simpul persamaan meskipun suku dan status sosial yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun