Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Nature

Krisis Air Landa Desa Tuwagoetobi

5 Januari 2020   11:50 Diperbarui: 5 Januari 2020   12:04 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Desa Tuwagoetobi mencari alternatif air di sumur (Dokumen Pribadi)

Krisis air melanda Desa Tuwagoetobi, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur. Desa dengan jumlah penduduk diatas seribu tujuh ratusan ini sulit mendapatkan air bersih memenuhi kebutuhan sehari-hari. Warga Desa Tuwagoetobi selama ini mendapatkan sumber air bersih dari Wai Lawe di Kecamatan Kelubagolit, saat ini tidak lagi mengalir.

Puluhan hingga ratusan ribu, setiap hari dikeluarkan warga untuk mendapatkan air bersih. Tarif untuk mendapatkan air bersih cukup mahal. Satu jerigen ukuran 20 liter dijual dengan harga Rp.5000. Sementara drum dengan ukuran 150liter dijual dengan Rp.15.000.

Ada alternatif lain untuk mendapatkan air yakni memanfaatkan sumur di sekitar pantai dalam wilayah Desa Tuwagoetobi, tetapi hanya bisa digunakan untuk mandi dan cuci. Debit air sumur tidak besar, sangat tergantung dari pasang surut air laut. Untuk akses menuju ke sumber air sumurpun, warga harus membayar ojek atau menyewa kendaraan pick up. Lagi-lagi, warga harus merogo kocek dengan tarif ojek Rp 10.000 dan pick Rp 50.000.

Salah satu Warga Desa Tuwagoetobi, Syaria Eka, yang sedang mencuci saat saya temui di Pantai Sada mengaku sangat kesulitan untuk mendapatkan air bersih. 

"Harapan untuk mendapatkan air bersih di Desa Tuwagoetobi, sangat sulit. Air memang kadang keluar melalui jaringan pipa di desa, namun itu hanya sebentar. Populasi warga yang padat dengan debit air yang sedikit, membuat warga sangat kesulitan. Untuk mengatasi kesulitan, minimal dua kali dalam seminggu kami harus datang ke sumur dan mencuci. Untuk ke sini, kami harus membayar jasa ojek. Jika muatan banyak, terpaksa kami harus menggunakan pick up," kata Syaria.

Arto Curman, Warga Desa Tuwagoetobi hari itu di tempat yang sama, menggunakan pick up mengambil air memenuhi kebutuhannya. Menurutnya, Warga Desa Tuwagoetobi sangat rugi dengan ketiadaan air. 

"Uang yang mestinya mengalir mengenjot perekonomian di desa, habis terpakai hanya untuk membeli air. Jika dihitung semua pengeluaran warga yang membeli air, sehari bisa jutaan. Sementara mobil yang digunakan untuk mendistribusikan air, bukan milik Warga Desa Tuwagoetobi. Semua mobil berasal dari luar," kata Arto.

Arto melanjutkan, Warga Desa Tuwagoetobi, sangat kesulitan dengan air bersih. Menurutnya, Pemerintah Desa sudah punya solusi dengan mendirikan beberapa bak penampung namun hingga saat ini belum digunakan. 

"Ada janji untuk pembelian mobil tangki membantu warga dalam pemenuhan air bersih di desa, namun hingga saat ini belum terealisir. Sumut bor yang diupayahkan pemerintahan sebelumnya, saat ini juga belum dimanfaatkan. Kita masyarakat biasa, tidak bisa omong banyak. Kita tunggu saja solusi terbaik untuk membantu warga," kata Arto.

Warga Desa Tuwagoetobi sungguh kesulitan air. Ditambah lagi, hujan yang tidak menentu. Warga yang rata-rata bekerja sebagai petani, merasa sangat kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka. 

Pada titik ini, pemerintah wajib hadir memberi kesejukan, dan tampil sebagai garda terdepan memimpin warganya keluar dari kemelut yang dihadapi. Warga saat ini tidak mampu berbuat banyak, sebab hasil jambu mente tidak menjanjikan, musim hujanpun tak kunjung datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun