Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jatuh Cinta Pada Menulis, Sebuah Kebetulan

4 Januari 2019   21:53 Diperbarui: 4 Januari 2019   22:06 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil saya tidak pernah memiliki cita-cita sebagai seorang penulis. Selain bukan berasal dari keluarga penulis, dunia yang satu ini terasa begitu asing di telinga. Teman-teman Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) jarang, bahkan tidak ada yang bercita-cita sebagai penulis. Saat guru bertanya seputar cita-cita, pilihan favorit dari kami biasanya jatuh pada guru, polisi, dan tentara. Selain itu, menjadi penulis semakin tidak diminati oleh kami, lantaran tidak ada bayangan menarik yang bisa digambarkan oleh guru saat itu.

Kondisi demikian menghantar saya pada lingkungan yang tidak mendukung untuk menulis.Bahkan, hingga tamat di Sekolah Menengah Atas (SMA), tidak ada satu aktivitaspun yang mengarahkan kami pada dunia menulis. Hal yang justru menonjol saat itu adalah, kegiatan olahraga, Pramuka dan bahkti sosial. Membayangkan rutinitas ektrakurikuler dibangku SMP dan SMA, rasanya seperti ada penyesalan. Kenapa, waktu terbuang dan berlalu begitu banyak, tanpa ada satupun kenangan yang tercatat. Tidak  sehelai memoripun yang bisa ditulis. Akhirnya, saya boleh tamat SMA dengan kenangan yang hanya tercatat pada memori otak.

Tanpa mengetahui program studi, Jurusan dan Fakultas, saya diantar oleh seorang kaka, namanya Tomy Dosinaen, untuk mendaftarkan diri pada Perguruan Tinggi di Kota Kupang, Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Setahun berjalan, baru saya sadari, sedang menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Widya Mandira Kupang. Kesasar? Bisa dikatakan demikian!. Dibangku kuliah, aktivitas menulis masih saja terasa asing. Rutinitas kuliah berlalu begitu saja. 

Dok pribadi
Dok pribadi
Lalu bagaimana dengan aktivitas membaca? Aktivitas membaca sudah kami tekuni sejak bangku SD. Minat membaca tumbuh bersamaan dengan minat bercerita. Saat berkumpul, satu hal yang tidak kami lewatkan bersama teman-teman adalah saling bercerita. 

Seorang akan sangat bangga dan senang saat ia menjadi sumber cerita. Untuk alasan inilah, membuat kami harus berebutan buku cerita yang disiapkan sekolah. Walau jumlahnya terbatas. 

Kadang buku yang lama beredar ditangan siswa, halamanyapun satu persatu terlepas dari jilidtannya. Hiburan lain adalah televisi hitam putih. Itupun, jumlahnya hanya satu (1) buah.Proses untuk bisa nontonpun membutuhkan perjuangan. Selain harus mengisi air pada pemilik televisi, kami juga harus membawa kayu api dan lain-lain.

Sejak di SMA, saya beruntung tinggal menumpang di rumah Bapak Yan Boli Dosinaen. Ia adalah seorang pensiunan guru. Pa Yan, sapaan Bapak Yan Boli Dosinaen kebetulan berlangganan Koran Flores Pos. 

Loper biasanya mengatar pada sore hari. Setelah selesai dibaca oleh Pa Yan, barulah saya mendapat kesempatan untuk membaca keesokan harinya. Hobi saya pada rubrik artis dan olahraga. Jarang membaca berita kecuali seputar kasus. Sementara Koran Pos Kupang, biasanya kami baca di Perpustakaan sekolah. Walau ada Majalah Dinding (Mading) di sekolah, belum pernah sekalipun, di bangku SMA saya menyumbangkan tulisan.

Jika di SMA saya berkesempatan menikmati (membaca) Koran Pos Kupang dan Flores Pos, di bangku kuliah, rutin setiap hari saya membaca Koran Timor Expres (Timex). Secara kebetulan, saya tinggal satu kos bersama Leo Lewa Leko, Layout Timor Expres saat itu. Setiap pagi saat pulang kerja, ia selalu membawa Koran Timex. 

Sesekali ia mengajak saya mengunjungi Redaksi Timex dan melihat langsung proses pencetakan koran hingga proses distribusi.Hobi saya masih yang sama, membaca pada rubrik artis dan Olahraga. Sesekali membaca berita seputar kasus. Tentang Koran Nasional (Kompas, Tempo), jujur saya tidak pernah sekalipun membacanya. Menyetuhpun tidak. Belum pernah. Sampai tamat dari bangku kuliah.

Pengalaman menulis di media pertama kali di Pos Kupang. Itupun hanya satu kalimat, yang saya kirim lewat Short Mesage Service (SMS). Saat itu, ada satu rubrik, yang disiapkan khusus untuk pembaca memberikan komentar seputar isu aktual yang sedang diangkat media. Saya memberi komentar terkait tidak pengaruhnya, nomor urut Calon Legislatif (Caleg) pada kemenangan di Pemilu Legislatif (Pileg). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun