Tanpaknya Inggris Raya yang pernah menjadi negara dimana matahari tidak pernah terbenam di tanah negeri jajahannya yang tersebar di sleuruh dunia, kini telah menjadi negara kelas dua di dunia. Terakhir ini tampaknya ingin menggantikan posisi terdepan AS dalam bermusuhan dengan Tiongkok., dan memancing Perang Dingin Baru.
Sedangkan di dalam negerinya sedang terlanda Pandemi Covid-19 yang tak terkendalikan, Skotlandia sedang menuntut merdeka, setelah Brexit membawa masalah pelik yang perlu diselesaikan, tetapi tampak masih menambah manuver untuk bermusuhan dengan Tiongkok, tidak tahu apakah ini akibat ideologi yang mengakar atau didorong oleh kepentingan yang tersembunyi. Marilah kita bahas peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini.
Pertama, Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Kesemakmuran (Commonwealth) Inggris Dominic Raab dan lainnya baru-baru ini mengecam kebijakan Xinjiang Tiongkok di majelis rendah Parlemen Inggris, mengklaim bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah pembatasan terhadap yang mereka tuduhkan tentang masalah "kerja paksa" di Xinjiang.
Dalam kasus kedua, pemerintah Inggris menyatakan dengan alasan "keamanan nasional" bahwa mereka akan melakukan tinjauan keamanan terhadap para sarjana dan peneliti asing (Tiongkok/Hong Kong) yang belajar dan bekerja di Inggris. Setelah dinilai menimbulkan "ancaman" terhadap keamanan nasional Inggris , dan akan dicabut visa mereka.
Ini merupakan kelanjutan dari tiga insiden "sanksi" Inggris terhadap Tiongkok sejak terjadi adanya amandemen legislatif Hong Kong.
Namun pada kenyataannya, Tiongkok beranggapan hal itu tidak akan menyebabkan banyak kerugian nyata bagi Tiongkok, tetapi ini menunjukkan adanya satu masalah bagi Inggris terhadap posisinya dalam mendukung setia AS untuk kebijakan anti-Tiongkok menjadi semakin jelas.
Tampaknya Inggris dibawah pemerintahan Boris Johnson memposisikan untuk bermusuhan dengan Tiongkok seperti Donald Trump yang baru saja meninggalkan jabatannya sebagai presiden AS.
Boris Johnson menunjukkan gaya penguasa yang karakteristik radikal, terlihat arogan dan kadang kasar dalam urusan dalam dan luar negeri, terutama terhadap hubungan dengan Tiongkok.
Di bawah kepemimpinan Boris Johnson, Inggris tampaknya dari negara kuat sedang menuju kemorosotan selangkah demi selangkah.
Pertama-tama, mari kita lihat situasi saat ini yang harus dijelaskan dalam satu kata: menyedihkan!