Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengapa Dua Tahun Perang Dagang AS-Tiongkok Berlangsung, Ekspor Tiongkok Tetap Meningkat?

7 Oktober 2020   18:31 Diperbarui: 7 Oktober 2020   20:00 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, ada dua negara di dunia yang memboikot manufaktur Tiongkok secara besar-besaran, yang satu adalah Amerika Serikat dan yang lainnya adalah India.

Boikot AS terutama di tingkat pemerintah. Mereka menekan Tiongkok dengan memberlakukan tarif pada ekspor Tiongkok ke AS, dan larangan terhadap Huawei, ZTE, Haikang, Dahua, Tiktok, dan bahkan WeChat.

Di India, pemerintah dan sebagian warga India secara kolektif memboikot manufaktur Tiongkok karena sentimen anti-Tiongkok. Mereka sudah menggunakan aplikasi (APP) Tiongkok dalam jumlah besar. Melarang perusahaan Tiongkok berpartisipasi dalam tender pembangunan jalan atau infrastruktur India, dan sedang memperdebatkan pembangunan 5G agar perusahaan Tiongkok tidak ikut berpartisipasi.

Tapi bagaimana kiranya sikap Tiongkok terhadap situasi ini? Tampaknya dalam menghadapi boikot-boikot ini, Tiongkok terlihat semakin pihak lawan tertutup terhadap Tiongkok, maka Tiongkok bersikap semakin terbuka.

Logika AS untuk memboikot manufaktur Tiongkok dengan melancarkan perang dagang, karena AS merasa lebih kuat dan menilai Tiongkok lebih lemah, jadi menurut lazimnya jika pihak yang kuat memisahkan diri dari yang lemah, maka yang lemah akan menderita.

Maka untuk menekan Tiongkok, pertama kali mencoba memaksa rantai industri Tiongkok supaya berpindah keluar dari Tiongkok dengan memberlakukan tarif impor, dan pada saat yang sama menekan dan melobi perusahaan domestik AS yang ada di Tiongkok untuk kembali ke AS atau pindah ke negara lain.

Selain itu, AS menggunakan alasan untuk keamanan negara untuk memboikot dan memberi sanksi kepada perusahaan dan papan atas utama Tiongkok yang bergerak dalam teknologi tinggi dan sains, serta menutup pasar AS bagi mereka.

Selain itu AS telah melakukan tindakan yang lebih parah terhadap Huawei yang sementara ini menjadi perusahaan yang terbaik di Tiongkok, dengan maksud untuk sepenuhnya mengganggu dan menghambat kemajuan teknologi Huawei.

Karena AS kuat dan Tiongkok lemah, ini adalah kenyataan obyektif, jadi ini tampaknya menjadi cerita serangan satu arah. Tapi masalah sebenarnya tidak sesederhana itu.

Pertama-tama, mari kita lihat bentuk pertama, pengenaan tarif impor. Ancaman terbesar yang ditimbulkannya bagi Tiongkok adalah memaksa rantai industri produksi dan ekspor Tiongkok ke AS yang ada untuk keluar dari Tiongkok ke negara lain dan kawasan lain.

Meskipun hal tersebut memang telah terjadi dalam dua tahun terakhir, ekspor Taiwan dan Vietnam ke AS telah mengalami pertumbuhan yang substansial, tetapi secara keseluruhan kinerja manufaktur Tiongkok di sektor ekspor lebih tinggi dari ekspektasi mereka (Tiongkok) sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun