Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Brigade 359 Si Jago Perang yang Sukses dalam Tugas Membuka Tanah Perawan Menjadi Lahan Pertanian Produktif

16 Oktober 2017   15:40 Diperbarui: 16 Oktober 2017   15:57 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini kisah korps Brigade 359, tentara jagoan perang yang patuh pada perintah atasan orang sipil dalam organisasi politik, yang dengan semangat tempur melaksanakan tugas tanpa mengeluh, kreatif dan bertanggung jawab penuh sebagai prajurit bangsa, yang akhirnya berhasil menjadikan tanah perawan di Nanniwan menjadi lahan pertanian yang subur dan menjadi lumbung padi-padian hingga saat sekarang.

Suatu kisah nyata dalam sejarah, seorang tentara jenderal jagoan perang dan telah berjasa untuk mendirikan bangsa dan negara tidak harus masuk dalam panggung politik untuk menjadi penguasa negara untuk bela negara dan mengatur negara. Dapat juga dengan telenta, wibawa dan kewiraannya membuka tanah perawan dan kosong untuk lahan pertanian, dan memproduksi pangan untuk kesejahteraan rakyat negaranya. Dan menjadi pahlawan dalam bidang penyediaan pangan dan kemanusiaan.

Kisahnya kita mulai dari... Pada suatu hari di bulan September 1940, Wang Zhen di Provinsi Shannxi menerima seorang tamu terhormat. Dia adalah Zhu De, Panglima Tentara Rute Kedelapan. Tepat setelah masuk ke ruangan, Zhu De berkata kepada Wang Zhen sambil tersenyum: "Ketua Mao telah menugaskan sebuah tugas yang mulia dan berat bagi Anda." Wang Zhen dengan senang hati mendengarnya. 

Tapi ketika dia diberi tahu bahwa tugas berat itu bukanlah berperang di garis depan, tapi membuka tanah perawan di Nanniwan untuk diubah menjadi tanah pertanian dan membuka sawah dan landang, mendengar kabar ini dia cukup terkejut. Dia tidak menyangka bahwa dia akan ditugaskan untuk tugas itu, bukan berperang di garis depan.

Pada bulan Februari 1939, untuk menjamin keberhasilan perang Kontra-Jepang yang berturut-turut dan keluar dari blokade dari kepungan tentara KMT. Komite Sentral CPC mengadakan konferensi untuk mobilisasi partai, membentuk pemerintahan dan mengerahkan tentara untuk berproduksi di Yan'an, di mana dia menyatakan keputusan untuk melakukan produksi agar bisa mandiri. Untuk ini diluncurkan kampanye produksi secara besar-besaran.

Ketika konferensi mobilisasi produksi pangan yang dikuti 7.000 peserta, Mao Zedong meletakkan tangannya di pinggangnya saat dia memberi isyarat dengan tangan satunya, dan dia berkata dengan cara yang mengesankan: "Tidak ada yang setuju untuk mati kelaparan. Tidak ada yang akan setuju untuk kita menajdi bubar. Sebagaimana manusia hidup sejak dahulu kala? "Kami punya jawabannya:: Kita bisa memiliki cukup makanan dan pakaian dengan mengandalkan diri kita sendiri."

Mobilisasi produksi pangan dilatar belakangi dengan situasi saat itu, pada sekitar tahun 1940 menjadi periode tersulit sejak melakukan perang resistensi melawan agesor Jepang di Wilayah Perbatasan Shaan-Gan-Ning. Selama periode ini, sebagai basis Komite Sentral CPC dan Komisi Militer Pusat, Wilayah Perbatasan Shaan-Gan-Ning mengalami kesulitan ekonomi yang parah dan kekurangan bahan pangan akibat kampanye pembersihan yang brutal yang diluncurkan oleh penyerbu Jepang dan blokade militer KMT. 

Akibat kampanye pembersihan yang brutal dan taktik bumi hangus yang diluncurkan oleh penyerbu Jepang dan blokade militer KMT. Jadi kemampuan CPC untuk bisa bertahan dalam kesulitan akan secara langsung menentukan kelangsungan hidup rezim CPC di Wilayah Perbatasan Shaan-Gan-Ning dan berpengaruh atas hasil dari Perlawanan Melawan penjajah Jepang. Pada bulan Oktober 1938, Perang Perlawanan terhadap Jepang beralih dari fase pertahanan strategis ke fase ekuilibrium strategis.

Setelah Insiden Xian, Mao Zedong memimpin Komite Sentral CPC untuk pindah dan tinggal di Yan'an, di mana dia mulai memimpin Perang Perlawanan penjajah Jepang yang sulit.

Setelah Ketua Mao membuat keputusan untuk melaksanakan kebijakan mandiri melalui produksi, Zhu De baru saja kembali dari garis depan ke Yan'an. Untuk menemukan tempat untuk menanam padi-padian, panglima tertinggi Zhu De berkeliling, dan akhirnya menemukan bidang tanah besar untuk direklamasi di Nanniwan di tenggara kota Yan'an.

Dengan iklim yang lembab dan tanah yang subur, kawasan ini merupakan tempat yang ideal bagi pengembangan pertanian. Tapi kondisi alam di Nanniwan sangat buruk. Mereklamasi tanah kosong dan melakukan pekerjaan pertanian di lingkungan seperti itu tidak bisa dikatakan akan lebih mudah dibandingkan Long March Tentara Merah saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun