Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inovasi Mengantar Tari Bali Selalu Eksis

14 November 2015   09:36 Diperbarui: 14 November 2015   11:16 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pertunjukan Tari Kecak "][/caption]Salah satu acara wisata ke Bali adalah menonton pertunjukan tari Bali. Tarian Bali dikenal di mana-mana dan pertunjukan tari Bali termasuk dalam salah satu destinasi wisata turis domestik maupun mancanegara. Apabila datang ke Bali dengan mengikuti group tour bisa dipastikan akan digiring menonton pertunjukan tari bali, ada Tari Kecak, Tari Barong, dan Tari Sanghyang. Kunjungan saya kali ini bersama para pemenang blogtrip Pesona Budaya, salah satunya juga menonton pertunjukan tari Kecak dan tari Sanghyang Jaran di Sahadewa yang berlokasi di Batubulan –Gianyar Bali.

Sekitar jam 18.30 WITA, seorang laki-laki memakai baju putih keluar dari balik panggung dan nampak mulai mengucapkan doa sambil memerciki air di beberapa sudut panggung. Beberapa saat kemudian para penari kecak yang berjumlah puluhan orang pria mengumandangkan suara “Cak-cak-cak...” keluar dari panggung dan membentuk suatu formasi. Jika didengarkan dengan seksama, meski bunyi suara mereka didominasi oleh kata “Cak-cak-cak...”, tetapi saya perhatikan ada juga suara yang lain, seperti “tho,tho,tho ......” Sampai saya cari siapa yang mengucapkannya. Dan juga ada suara-suara lainnya sebagai penyeimbang.

[caption caption="Ketut Sutapa, sang penari Sanghyang Jaran"]

[/caption]

Tari Kecak dibawakan dengan formasi duduk berkeliling sambil penarinya menggerak-gerakkan tangan dan lengan ke atas, ke samping dengan telapak tangan dilambai-lambaikan. Tarian dan lagu yang dinyanyikan dalam tari Kecak terkesan religius, karena alunan suara dan tariannya merupakan sarana bagi para Dewa dalam menyampaikan sabdanya melalui para penari tersebut. Oleh sebab itu Tari Kecak tergolong tari yang sakral bagi masyarakat Hindu Bali.

Pertunjukan tari ini juga disisipi cerita Epos Ramayana, sehingga dalam pertunjukan Tari Kecak akan muncul tokoh Rama, Sinta, Kijang Emas, Rahwana, Hanoman, Sugriwa, Meganada dan Garuda. Selama pertunjukan hanya diiringi oleh suara penari Kecak, tanpa gamelan sama sekali. Pertunjukan kemudian dilanjutkan dengan penampilan Tari Sanghyang Jaran, pada tari ini sang penari mempertontonkan gaya kesurupan sambil berjingkrak-jingkrak seperti tingkah laku seekor kuda. Ia menari di atas bara api yang terbuat dari sabut kelapa. Sungguh pertunjukan yang tampak spektakuler karena penari berjingkrak, berguling di atas bara api tanpa rasa takut terbakar.

[caption caption="Penampilan Ketut Sutapa pada Tari Sanghyang Jaran"]

[/caption]

Waktu pertunjukan yang berdurasi satu jam membuat penonton terpana dan puas dengan penampilan mereka. Saat itu penonton yang memenuhi panggung berkisar 100 orang, hanya sekitar sepertiga dari tempat duduk yang tersedia. Tetapi Sahadewa sudah mempunyai jadwal manggung yang rutin, sehingga berapapun penontonnya pertunjukan tetap berlangsung. Berbeda dengan kedatangan saya sebelumnya, dimana hampir seluruh panggung penuh. Mungkin karena saat di bulan Desember bersamaan dengan masa liburan, sehingga halaman parkir dipenuhi banyak bus.

Sesudah pertunjukan, kami diperkenankan untuk melakukan sesi wawancara. Melihat lebih dekat panggung pertunjukan dan wajah-wajah penarinya. Make up mereka benar-benar bagus, karenanya tampil menyala dari kejauhan. Bapak Ketut Sutapa (baca : Sutape) yang memerankan tari Sanghyang Jaran berkenan memberi informasi pada sesi wawancara peserta blogtrip. Bapak Ketut Sutapa menari sejak kelas 2 SD, sudah 25 tahun beliau bergelut menjadi seniman tari Bali. Dari gaya bicaranya yang penuh semangat terlihat sekali betapa hidupnya diabdikan sebagai seniman tari.

[caption caption="Ketut Sutapa berjingkrak-jingkrak di atas bara api"]

[/caption]

Melalui penjelasan beliau, bahwa Tari Kecak merupakan tari religi, dimana lagu dan gerakannya bertujuan untuk tolak bala. Aslinya Tari Kecak dipentaskan di pura. Sedang pertunjukan di Sahadewa adalah untuk keperluan komersial. Ada bedanya? Bedanya kalau pertunjukan di pura sesajen dan doa-doanya lebih lengkap. Meskipun begitu tetap ada ritual doa dan sesajen untuk pertunjukan komersial ini. Pada pementasan tari kecak di pura memang penari bisa sampai benar-benar kesurupan dan hilang kesadarannya.

[caption caption="Wajah para penari Sahadewa"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun