Mohon tunggu...
Mahliana De Uci
Mahliana De Uci Mohon Tunggu... Freelancer - dan bagaimana saya harus mengisi kolom ini?

Gemar menonton bola dan main PES. Asli Majalengka.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Dunia Virtual: Di Antara Ada dan Tiada

24 Desember 2020   14:56 Diperbarui: 24 Desember 2020   16:40 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diambil dari xresch, pixabay.

Hari ini adakah yang tidak virtual? Komunikasi & pertemuan, centang. Menulis - membaca, centang. Jajaran platform e-wallet alias dompet virtual. Hingga fenomena Harbolnas yang kian naik daun dari satu edisi ke edisi berikutnya. Begitu rembesnya ia di pori-pori masyarakat Indonesia terhitung semenjak android jadi primadona 6-7 tahun lalu.

Lha, virtual itu sendiri apa sebenarnya? Dalam kitab tebal berjudul Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang juga saya buka secara virtual, ia bermakna (secara) nyata. Perhatikan kata “secara” yang mungkin terkesan malu-malu, bersembunyi dalam kurungan namun siapa tahu berpengaruh terhadap kata sesudahnya. Dan ketika Google menyodorkan sinonimnya, terbukti bahwa si “secara” tadi memanglah punya pengaruh.

Sinonim virtual yakni maya. Maya, lagi bersumber KBBI, bermakna hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya tidak ada; hanya ada dalam angan-angan; khayalan. Ilusi kira-kira juga memiliki definisi serupa. Lantas, apakah selama ini anda, saya dan Anggun C. Sasmi hidup dalam ilusi?

Transformasi Kata Virtual

Berdasar studi Antoni Biosca (2015), pada mulanya adalah uirtus; Kata benda yang menyiratkan sifat maskulin dalam diri kaum adam. Dalam beberapa karya Romawi klasik, istilah tersebut dapat ditangkap sebagai ketangguhan karakter, daya juang perang serta identik dengan dunia militer. Interpretasi lalu meluas penggunaannya merujuk pada hal-hal baik dan bermoral (seperti berani, rela berkorban, dll.) dan dapat dipakai mendeskripsikan golongan perempuan. Di dalam diksi Bahasa Inggris, definisinya masih berbekas di kata “virtue”.

Pengaruh agama Kristen tak luput pula menyentuh metamorfosis kata ini di masa Medieval. Jika uirtus bermakna kebajikan dalam koridor netral, virtuositas lebih spesifik menyangkut kebajikan dalam konsep agama tersebut. Bahkan uirtus sempat dikonotasikan sebagai mukjizat atau miraculous act yang dianugrahkan pada utusan-utusan Tuhan.

Bentuk “virtual” yang lebih mirip kala itu baru muncul pada abad ke-12, dalam kata sifat “uirtualis”. Pendahulunya ini beberapa kali digunakan mendeskripsikan jiwa manusia; berhubungan dengan atau atribut yang berasosiasi padanya. Di masa itu telah ada kesadaran jaringan virtual, meski tentu merujuk pada hal yang sama sekali lain dari kabel LAN atau grup whatsapp. Hubungan antara abstrak dan dunia kongkrit ditegaskan kembali oleh Thomas Acquinas, yang menyebut jika bentuk virtual berpotensi mewujud realitas.

"All that exists in an original and virtual form can become a reality" Biosca on Acquinas' Virtualis Concept

Menyasar definisi yang lebih kekinian, Ralph Koster, dikutip dari Bell (2008), berpendapat jika dunia virtual merupakan ruang jaringan yang tersinkronisasi dengan dunia nyata serta dapat digunakan oleh banyak partisipan sekaligus melalui avatar atau akun tertentu. Sedang Edward Castronova, seorang peneliti dunia virtual, menyebutnya sebagai “sebuah tempat dalam komputer yang telah didesain sedemikian rupa untuk mengakomodir massa dalam jumlah besar.

Hari ini, ketika menyebut “virtual” maka bayangan kita barangkali sesuatu yang digital, berada di balik layar gadget, terkoneksi dalam jaringan internet, atau semacamnya. Menunjuk hal-hal yang berfungsi seperti, meski tidak mewujud dalam bentuk fisik, nyata. Di perpustakaan virtual, misal. Pengunjung dapat mendaftar sebagai anggota, mengakses perbendaharaan buku di dalamnya meski tidak benar-benar memasuki ruang perpustakaan dengan rak-rak buku berderet dan mas-mbak penjaga di balik meja administrator. Benar jika dikatakan pengalaman yang didapat bakal berbeda, antara fisik dan virtual, tapi isi artikel dan jurnal unduhan pun sama nyatanya dengan kata-kata yang tercetak pada buku dalam rak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun