Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia adalah Hewan yang Berpikir

26 Desember 2018   16:34 Diperbarui: 30 Desember 2018   13:52 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto Khairil Anwar dan Ular Sawahnya

Tadi pagi, ketika berhenti di lampu lalu lintas area Masjid Jamik, sebelum Dataran Merdeka Kuala Lumpur. Saya melihat sebuah interaksi pertemanan, antara seekor monyet yang berdiri di atas sadel belakang sepeda motor, sambil memegang bahu seorang pria berkaos putih.

Ianya tidak terikat dengan sesuatu apapun, bahkan dipakaikan popok/pembalut berwarna putih. Sesekali ianya melirik kepadaku, seakan ingin mengatakan sesuatu. Saat ingin kuabadikan lewat kamera Ponsel, lampu merah telah menyala di depan.

Sambil mengendarai sepeda motor, saya teringat  sahabat saya Khairil Anwar. Beliau lebih ekstrem lagi dalam berinteraksi dengan dunia hewan. Pertemanannya dengan dunia hewan bukan kaleng-kaleng. Teman berinteraksinya adalah hewan reptilia seperti ular sawah dan tegu (sejenis kadal Argentina).     

Sempat terfikir, bagaimana  pria berkaos putih itu begitu mesranya berjalan-jalan dengan sang monyetnya. Bagaimana Khoiril Anwar bisa memahami, kapan teman reptilianya harus makan dan kapan harus membelai mereka. Suatu perhubungan pertemanan yang unik anatara sesama makhluk Tuhan, walaupun hanya berdasarkan perasaan dan emosi saja.

Bagaimana pula dengan kita yang tidak hanya mempunyai naluri dan perasaan. Namun kita dianugerahi nikmat penuh yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu Akal, naluri , dan perasaan. Sepertimana kata ahli filsuf dan logika mengatakan "Al-insan hayawan natiq", Manusia adalah hewan yang berfikir.

Dalam beriteraksi sesama manusia, kita tidak hanya sekedar menciptakan pertemanan saja. Namun lebih tinggi levelnya , yaitu persahabatan hingga tahap persaudaraan. Karibnya sebuah persahabatan, tidak akan membiarkan temannya terlena dalam kesenangan, kebahagiaan, dan kepuasan.

Karibnya sebuah persahabatan ibarat sebuah jalan, harus ada tanjakan, naik turun, dan berbelok-belok. Namun tetap seiring sejalan dalam mencapai sebuah tujuan. Karena kalau jalan persahbatan  itu terlalu lurus tanpa masalah, maka dikuatirkan perhubungan itu akan membosankan dan membuat perjalanan terasa mengantuk.

Ada kalanya sebuah masalah dalam sebuah perhubungan, ianya akan mendewasakan kita semua. Membuat kita lebih mengenali karakteristik masing-masing, sehingga jiwa dan esensi sebuah persahabatan lebih dirasakan.

Apakah dirimu itu adalah teman, sahabat atau saudaraku? Seberapa jauh dirimu mengenali diriku, dan seberapa dalam saya mengenali karaktermu.

Dan yang pastinya, dalam sebuah perhubungan jangan melihat dari untung ruginya. Dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, bukan karena berdasarkan jabatanya, kekayaanya dan kelebihan fisiknya. Karena ianya adalah fana, tidak berkekalan.

Persahabatan adalah sebuah kebutuhan jiwa, bukan hanya sekedar kebutuhan materi belaka. Sebuah perhubungan yang memberikan kebahagiaan antara sama lain. Sebuah interaksi yang mendatangkan kedamaian kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun