Saya Mahendrayana, seorang pria yang pernah berdiri di puncak kesuksesan, lalu terempas badai pandemi hingga harus membangun kembali mimpi dari nol. Dulu, hidup saya berkisar di hiruk pikuk Jakarta, mengelola toko kamera dan peralatannya di salah satu mal terkemuka. Dunia fotografi dan videografi adalah gairah saya, dan menjual peralatan pendukungnya yang canggih adalah mata pencarian yang menjanjikan. Namun, siapa sangka, sebuah virus tak kasat mata bisa menggulung tikar semua yang telah saya bangun?
Ketika pandemi datang, mal-mal sepi, toko saya tak lagi dikunjungi. Perlahan tapi pasti, omzet merosot tajam hingga akhirnya saya harus mengakui kekalahan. Dengan hati hancur, sebuah keputusan besar pun diambil. Saya memutuskan untuk menutup toko. Sisa-sisa barang yang ada, serta modal yang tersisa, menjadi bekal saya untuk memulai lembaran baru. Bukan di Jakarta, melainkan di kampung halaman istri saya, sebuah pedesaan yang tenang di Sumatera Barat.
Awalnya, ini adalah sebuah pelarian. Saya hanya ingin menjual habis sisa stok barang dagangan, menghabiskan waktu, dan mungkin, merenungkan nasib. Tapi entah mengapa, ide itu muncul begitu saja, "mengapa tidak mencoba menjual gadget bekas?" Di desa ini dan saat-saat seperti ini, banyak orang yang membutuhkan uang cepat, dan mereka seringkali punya gadget bekas yang masih berfungsi baik. Di sisi lain, tak sedikit pula yang mendambakan gadget berkualitas dengan harga terjangkau. Saya melihat celah, sebuah jembatan yang bisa saya bangun.
Maka, dimulailah babak baru dalam hidup saya. Saya mulai berkeliling survey di desa, secara fisik dan melalui grup jual beli facebook, mencari gadget bekas mulai dari kamera tentunya, lalu smartphone, laptop, PC rakitan, TV, hingga konsol game jika ada. Dan ternyata banyak sekali. Saya memeriksa kelayakannya, membelinya, membersihkannya, memperbaikinya jika perlu, dan memastikan kualitasnya prima nyaris seperti baru, dari fisik hingga bagian terdalam. Kemudian, saya memasarkannya secara online, memanfaatkan semua platform yang ada. Responnya mengejutkan. Banyak yang tertarik, mulai dari berbagai pelosok Sumatera Barat, teman-teman saya di Jawa, dan makin lama bermunculan pembeli dari pulai lain.
Namun, ada satu tantangan besar, pengiriman. Dulu, saat masih di Jakarta, pengiriman adalah hal sepele, ada banyak kurir di Mall, tinggal panggil, selesai. Namun saat itu saya hanya fokus jualan offline mengingat sudah ramai juga toko saya dan melayani pembeli online waktu itu cukup merepotkan dan terasa tidak worth it, jadi hampir tidak pernah saya menggunakan jasa ekspedisi untuk melayani pembeli online. Ternyata hal tersebut sangat diperlukan di era sekarang. Kurir yang bisa diandalkan bagai tulang belakang bisnis saya sekarang
Saya mulai mencoba beberapa jasa ekspedisi. Ada yang terlalu lambat, ada yang mahal, ada pula yang mengharuskan saya mengantar paket ke loket mereka yang letaknya jauh, ada yang tidak terima pengiriman kalau tidak dipacking namun tidak menyediakan jasa packing, dan tantangan yang lain. Mengingat sebagian besar transaksi saya bersifat perorangan dan seringkali membutuhkan kecepatan, ini menjadi kendala serius. Beberapa kali, pembeli mengeluh karena paketnya terlambat, atau bahkan rusak di perjalanan. Saya ingat betul, suatu ketika saya mengirim sebuah laptop bekas yang kondisinya sangat prima. Saya sudah mengepaknya dengan hati-hati, dibungkus bubble wrap tebal, dilapisi kardus dan dibungkus kayu partikel. Tapi saat sampai di tangan pembeli, layarnya retak. Kejadian itu membuat saya sangat terpukul. Selain kerugian karena harus memperbaiki, Kepercayaan adalah segalanya dalam bisnis barang bekas.
Dan dari berbagai banyak kurir yang saya coba, di sinilah perjalanan saya dengan JNE dimulai, sebuah perjalanan yang benar-benar mengubah cara saya memandang bisnis dan pelayanan. Yang pertama membuat saya terkesima adalah kemudahan penjemputan paket. Bayangkan, saya tidak perlu lagi jauh-jauh mengantar paket ke loket, Tim JNE datang langsung ke rumah saya. Ini sangat membantu, terutama ketika saya harus mengirim beberapa barang sekaligus, atau barang yang ukurannya cukup besar seperti TV atau PC rakitan. Waktu saya jadi lebih efisien, dan tenaga saya tidak terkuras di jalan.
Pengalaman pertama saya dengan JNE adalah mengirim sebuah smartphone bekas ke Padang. Saya kaget, paket itu tiba hanya dalam satu hari! "SAT SET," batin saya. Kecepatan ini menjadi kunci, terutama untuk gadget yang seringkali dibutuhkan segera oleh pembeli. Bahkan paket ke Surabaya, juga sampai dalam 2 hari saja. Sangat cepat untuk saya yang berasal dari pelosok desa. Saya tidak perlu lagi khawatir pembeli kecewa karena menunggu terlalu lama. Bagi saya, kecepatan JNE adalah sebuah keajaiban di tengah keterbatasan geografis.
Saya ingat, pernah ada seorang mahasiswa Universitas Andalas yang sangat membutuhkan laptop untuk mengerjakan skripsinya. Dia panik karena laptop lamanya rusak terkena kopi. Tentu saja saya punya stok laptop bekas yang kondisinya bagus. Begitu uang ditransfer, saya langsung menghubungi JNE. Kurang dari 24 jam, laptop sudah sampai di tangannya. Ia mengirim pesan ucapan terima kasih yang tulus, mengatakan bahwa saya telah menyelamatkannya. Momen seperti itu membuat hati saya hangat, dan semakin yakin dengan pilihan saya.
Tapi, kecepatan saja tidak cukup, keamanan transaksi dan keselamatan barang juga harus diperhatikan. Saya mulai menggunakan e-commerce demi keamanan dalam bertransaksi, tentu saja JNE saya setting menjadi pilihan kurir utama. Ingatan akan layar laptop yang retak masih menghantui. Salah satu kenapa saya menggunakan JNE adalah JNE menyediakan layanan packing kayu sehingga saya tidak perlu repot mempacking sendiri. Dengan ramah, petugas JNE menjelaskan prosedur dan biayanya. Mengingat barang elekronik sangat rentan, Sejak saat saya selalu meminta layanan packing kayu. Hasilnya? Nol kerusakan. Setiap paket tiba dengan selamat, kondisi barang persis seperti yang saya kirim. Ini adalah jaminan keamanan yang tak ternilai harganya bagi saya dan para pembeli.