Mengetahui saja dengan demikian tidaklah cukup. Tapi perlu juga mengerti dimensi lain yang sepatutnya terlibat dalam upaya penyelesaian masalah yang dihadapi manusia, setidaknya yang dihadapi oleh diri kita.
Saat seseorang lapar, ilmu ekonomi bukan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah. Jurus mengemis yang tidak ada di dalam kurikulum di program doktor sekalipun, kadang lebih ampuh daripada teori Adam Smith.
Mengapa demikian? Karena ilmu cenderung menyederhanakan kenyataan dalam sebuah rangkaian teori yang dipaksakan. Di samping itu, jika ilmu adalah hasil kreasi sebagian orang (pintar), bagaimana dengan ilmu orang lainnya (bodoh).
Cara menjual barang melalui toko online adalah ilmu atau keterampilan yang disebut e-commerce dan diajarkan di sekolah dan kampus. Cara menadahkan tangan di pinggir jalan adalah ilmu mengemis yang tidak diajarkan.
Jadi bagaimana bisa orang hanya menyebut ilmu dari bangku kuliah adalah satu-satunya solusi kehidupan manusia, jika urusan mengemis saja tidak dimasukkan di dalam kurikulumnya?
Pasangan Pelengkap
Di samping ilmu pengetahuan, ada yang namanya kebajikan. Ia tidak dipelajari di mana-mana tapi didapatkan dari pengalaman dan swa-proses selama menjalani kehidupan.
Maka para pemikir Yunani menyebut dirinya sebagai filosof hanya karena mereka menyintainya bukan karena membuat dan menciptakannya. Mereka hanya menyintai kebijaksanaan. Tidak lebih dari itu.
Betul mereka berteori, sehingga tampak seperti membuat ilmu pengetahaun. Tetapi teori bukan hanya teori tanpa nilai dan penghayatan. Tetapi teori yang didasari oleh kecintaan kepada kebijaksanaan itu sendiri.
Banyak orang yang cakap dalam ilmu pengetahuan tetapi jauh dari kebijaksanaan. Mungkin itu sebabnya urusan kemanusiaan selalu tidak pernah selesai, karena masih minimnya para ilmuwan yang sekaligus kaum bijaksanawan.