Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama, Antara "Known" dan "Knower"

15 Februari 2019   04:22 Diperbarui: 15 Februari 2019   04:32 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:www.ehstoday.com

Pada awal mulanya, pengetahuan dalam khazanah Islam tidak mengenal dikotomi atau spesialisasi seperti yang diketahui selama ini. Tidak ada term ilmu agama, ilmu umum, ilmu fiqh, ilmu tafsir, ilmu hadits atau ilmu-ilmu lain yang secara objek ontologi, epistemologi dan axiologinya dipecah-pecah seperti sekarang.

Jika kita menengok ke zaman Nabi misalnya, tidak ada fragmentasi jenis-jenis pengetahuan seperti yang sekarang kita ketahui. Pada masa itu, pengetahuan (agama) dimaknai secara utuh, holistik dan tidak parsial. Pengetahuan (agama) dilaksanakan, dipikirkan dan dihayati dengan beragam cara dan pendekatan meskipun belum ditegaskan nama akademis pendekatannya.

Misalnya, Nabi sangat suka menjelaskan agama dari sudut pandang dan karakteristik orang yang menanyakannya. Jika orang tersebut adalah orang miskin, maka pemahaman agama didekati dari dimensi kemiskinan (ekonomi). Jika yang bertanya adalah yang buruk interaksi sosialnya, maka penjelasannya dikaitkan dengan silaturahmi (komunikasi). Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Oleh sebab itu, agar pemahaman agama zaman sekarang bersifat holistik dan tidak parsial, maka harus didekati oleh semua jenis disiplin pengetahuan yang ada. Meskipun dalam praktiknya penerapan beragam pendekatan tersebut mustahil dilakukan oleh seorang diri, tapi harus bersifat kolaborasi dan sinergi.

Namun, jika demikian adanya, maka apakah agama bisa disebut sebagai pengetahuan objektif (tidak sama dengan empiris positivis) karena secara epistemologis dijadikan sasaran pendekatan? Dari sudut pandang kerja operasional pendekatan, memang benar bahwa agama dijadikan sebagai objek (pengetahuan).

Akan tetapi jika agama didudukkan sebagai panduan dan petunjuk, maka agama bukan sebagai objek tetapi sebagai ruh esensial yang termanifestasi dalam disiplin pendekatan yang dipakai. Agama menjadi ruh dari pecahan-pecahan pengetahuan tersebut.

Dalam ungkapan lain, agama secara pengetahuan teoretis, ia berupa objek. Tetapi secara praktis fungsional, ia merupakan etos, moral, ruh dan jiwa dari pecahan atau disiplin pengetahuan lainnya. Hanya dengan cara demikian, agama menjadi holistik pemahaman dan aplikasinya.

Agama adalah objek dari beragam pendekatan yang digunakan untuk memahaminya (known). Tetapi agama juga merupakan semangat, moral dan ruh bagi subjek-subjek pelaku yang mengetahuinya (knower).

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun