Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Balik Kanan Realitas, dari Jagat Maya ke Jagat Nyata

26 Juni 2018   05:38 Diperbarui: 26 Juni 2018   15:03 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: newbeginningstherapy.co.nz

Zaman sekarang, dalam satu hari orang bisa "mengunjungi" banyak tempat. Dia bisa datang ke New York, ke Paris, ke Yerusalem, ke Arab Saudi terus ke Wonogiri. Untuk melakukannya pun tidak butuh waktu yang lama, bahkan tidak harus beranjak dari tempat duduknya. Sambil menyeruput kopi, di menit yang sama dia bisa mengetahui beragam peristiwa yang terjadi di dunia.

Generasi milenial tentunya paham dengan maksud dari ungkapan di atas. Apalagi mereka menjadi saksi dan sekaligus pelaku dari peristiwa-peristiwa tersebut. Mereka aktif membenarkan ungkapan-ungkapan di atas tanpa ragu dan bertanya. Adalah teknologi di dunia maya yang menjadi sarana mereka. Dengannya, apa yang puluhan tahun belakangan sebagai mustahil telah menjadi nyata.

Setiap hari, jutaan orang memegang alat yang dengannya mampu menghemat waktu dan memperpendek jarak. Ambil saja contoh yang akrab di orang Indonesia; Gojek. Dengan Gojek kita bisa tahu jarak dari Senayan ke Stasiun Gambir tanpa harus capek-capek mengukurnya sekaligus langsung minta diantarkannya tanpa harus menunggu lama.

Jika lapar, sambil tiduran, menunggu paling lama 30 menit, makanan bisa diantar ke hadapan untuk langsung disantap. Kenyang makan, detik itu juga dia bisa melakukan transaksi bisnis yang mendatangkan income. Bosan dengan transaksi, dia bisa menonton hiburan atau jika ingin melihat dan mengetahui kondisi terkini di Jalur Gaza, dia bisa langsung mengetahuinya. Demikian hebatnya dunia maya hampir-hampir mewakili seluruh dunia nyata.

***

Antara dunia nyata dengan dunia maya sebenarnya tidak boleh dipertentangkan. Karena pada dasarnya dunia maya merupakan imaji dan bayangan dari dunia nyata. Ibarat buku, dunia maya adalah kumpulan dan himpunan yang memuat segala potret dan cerita di dunia nyata.

Kota Jakarta yang ada di peta Google, adalah representasi dan imaji dari kota Jakarta yang sesungguhnya. Ia ada karena adanya kota Jakarta. Demikian pula yang lainnya. Dunia maya adalah kreasi manusia untuk menampung keterwakilan fakta dan realitas yang terwujud di dunia nyata.

Tetapi, bayangan, citra dan imaji dunia maya terkadang mereduksi eksistensi yang ada. Seolah-olah yang hakiki adalah yang ada di dalamnya. Padahal ia sesungguhnya hanya bayangan dari eksistensi yang sebenarnya. Karena bayangan hanya akan ada jika ada objek nyata dan berwujud di dunia nyata. Tetapi akibat kekaburan mata, kelalaian hati dan kekacauan logika, terkadang bayangan menjadi lebih indah dan nyata dari wujud sebenarnya.

Tidak percaya? Coba amati bagus mana wujud asli wajah Anda ketika bangun tidur di pagi hari atau wujud bayangan wajah Anda hasil olahan Camera 360, PicsArt atau Photoshop? Lebih tampak benar mana antara angka-angka statistik tentang kemiskinan dan kemakmuran hasil olahan SPSS atau kenyataan gubuk-gubuk reyot di pinggir kali atau di pelosok kampung?

Pujian, pengakuan, kebenaran kadang-kadang lebih dipercaya jika ia diucapkan oleh seorang penguasa atau pengusaha atau profesor yang berdasarkan kutipan daripada ucapan dan teriakan nyata manusia. Gejala apa pun seolah bisa direduksi dan diubah dari yang semua nyata menjadi maya. Kemudian dijadikan dasar dan pijakan untuk memutarbalikkan fakta.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun