Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Antara Tulisan Versi "Kampusiana" dan Kompasiana

23 Juni 2018   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2018   06:17 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: masscommunicationtalk.com

Suatu hari, saya melihat seorang teman kuliah di kampus Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sibuk memelototi laptopnya. Kebetulan dia adalah mantan wartawan senior di beberapa media cetak dan TV Nasional.

Saya kemudian bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dia tulis. Dia menjawab bahwa dia sedang mengedit tulisan seorang profesor yang sekaligus menjadi dosen kami di kampus tersebut.

Saya sempat heran juga, kok karya tulis profesor malah diedit mahasiswanya. Ternyata tulisan profesor yang dia edit mau diterbitkan di koran Kompas. Tetapi gaya bahasanya menurut dia perlu dipoles biar lebih segar dan "basah".

Belakangan muncul kesadaran dan pencerahan dalam diri saya bahwa ternyata benar yang dikatakan teman tadi.  Walaupun menulis sudah menjadi kebiasaan insan akademik baik di kampus atau sekolah, tetapi ketika memasuki ruang ekspresi tulisan dalam media massa, blog atau tulisan populer lainnya, terasa cukup menguras pikiran juga agar bisa beradaptasi.

Dalam konteks ini, saya membandingkan dengan ruang ekspresi di sini, Kompasiana. Kompasiana, sebagaimana diketahui, merupakan salah satu platform blog yang sering disebut sebagai citizen journalism. Sebuah platform bebas tempat siapa saja boleh menuliskan opini atau fakta dan peristiwa.

***

Kebiasaan menulis dalam bentuknya yang lebih bernuansa akademik, sering dilakukan oleh para akademisi. Berbagai pendekatan, metode, sumber, teknik penulisan dan validitas data menjadi pertimbangan dalam menuliskan naskah akademik. Uraian yang kadang njelimet dan terkesan bertele-tele dalam bentuk analisis abstrak sering amat menjemukan untuk dibaca.

Kebiasaan demikian, tentunya boleh-boleh saja diekspor ke dalam gaya penulisan di Kompasiana ini. Tetapi, yang saya sendiri rasakan, mempertahankan gaya tulisan yang dibayang-bayangi dengan aturan ketat secara teknik metodologis dan analitis, cenderung malah membuat tulisan terasa kering.

Kekeringan tulisan dalam cirinya yang seperti itu mungkin bisa dilihat dari beberapa sebab. Pertama, gaya tulisan yang bernuansa akademik sering dipaksa untuk meminimalkan subjektivitas penulis. Meskipun penulis boleh saja menguraikan opini dan analisisnya, tetapi hal itu tetap harus didasarkan pada acuan dan data. Sehingga sisi ekspresif subjektifnya menjadi terasa kurang.

Kedua, tulisan yang dibuat dengan meminimalkan unsur subjektif tadi harus tunduk patuh pada kaidah-kaidah dan aturan penulisan. Aturannya bukan hanya terkait dengan teknik dan kaidah bahasa saja, tetapi juga kaidah substantif dalam sebuah penulisan karya ilmiah. Benar-benar terasa sangat ribet jika mengacu ke hal-hal tersebut.

Ketiga, menulis dengan nuansa akademik harus dipayungi oleh teori yang dijadikan acuan kerangka atau framework dalam berpikir. Karya ilmiah tidak akan memiliki bobot apabila hanya sekadar ekspresi subjektif tanpa acuan teori yang otoritatif. Kerumitan ini pada gilirannya menambah tajam perbedaan antara jenis tulisan akademik dengan tulisan populer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun