Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Angkot dan Harapan Kedamaian Anak Bangsa

15 Februari 2018   22:42 Diperbarui: 15 Februari 2018   22:46 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu cuaca cerah. Aku dan beberapa teman berjalan kaki menuju jalan raya. Tujuannya adalah ke pasar mau membeli perlengkapan untuk mandi. Kalau temanku tujuannya mau membeli kasur dan bantal sebagai kelengkapan kamar kosnya, supaya kalau dia tidur tidak kedinginan.

Setibanya di pinggir jalan, angkot biru itu lewat. Kami pun naik untuk menuju ke pasar. Di dalam hati berharap, semoga toko-toko masih pada buka. Jika sudah tutup berabe rasanya. Karena besok  harus kembali lagi.

Sampai di pasar 15 menit kemudian. Kami pun turun menuju ke toko yang menjual kasur, bantal, peralatan mandi dan lain-lain. Setelah selesai akhirnya pulang kembali dengan menaiki angkot.

Temanku membawa kasur dan bantal. Aku sendiri tidak jadi membeli apa-apa. Jadi hanya sekedar menemani mereka saja pergi ke pasar itu. Tetapi akhirnya minimal aku tahu di mana pasar itu berada.

Begitulah cerita sangat pendek ini. Cerita masa lalu di sudut kota Jakarta. Kota tempat menimba ilmu di sana. Kota tempat berlabuhnya harapan dari anak-anak desa dan daerah seperti kami.

***

Sebenarnya ketika mau ke Pasar itu, jika ada motor, bisa juga naik motor untuk ke sana. Jika ada dokar, bisa juga naik dokar untuk sampai ke sana. Jika ada yang mengajak naik mobil BMW, Mercy, Lamborghini atau Ferrari sekalipun, bisa juga sampai ke sana. Tapi karena adanya hanya angkot, ya sudah naik angkot saja.

Hidup di Indonesia juga demikian. Siapa saja pemimpin  dan apa saja bentuk tunggangan berupa kebijakan pemerintahannya, bagi rakyat biasa tidak ada bedanya. Sama saja dari tahun ke tahun juga, begitu-begitu saja. Tentu saja ada kemudahan-kemudahan baru yang dirasakan sebagai bentuk dari program yang dijalankan.

Ketika sekarang yang berkuasa adalah si A, maka rakyat ikut saja dengan semua aturan yang dibuatnya. Jika misalnya besok yang berkuasa adalah si B, rakyat juga tetap akan ikut ke mana mereka dibawa. Rakyat pasti patuh dan taat. Karena bagi rakyat, yang penting sampai ke tujuannya.

***

Selama naik angkot, bareng-bareng juga dengan orang lain. Tatapi tetap akur dan saling menghargai meskipun tidak saling kenal. Bahkan kadang saling sapa dan melempar senyum. Itu sebagai bentuk hubungan kesopanan antara sesama penumpang angkot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun