Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Belajar Sopan Santun dari Hal Sederhana

22 Januari 2018   13:39 Diperbarui: 22 Januari 2018   14:13 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sopan santun orang Jepang (sumber: travel.tribunnews.com)

Buang Sampah di Jalan

Coba kita lihat tiap pagi di jalan-jalan protokol di tengah kota. Kita akan dapati sekelompok pekerja Dinas Kebersihan giat menyapu dan membersihkan jalan dari sampah dan dedaunan. Mereka bangun mungkin mendahului para pemakai jalan supaya bisa menyiapkan jalanan mulus bagi para penggunanya.

Kok begitu di dalam kendaraan (mobil) kita makan sesuatu setelah habis sampah atau bungkusnya kita buang begitu saja di jalanan. Di samping hal tersebut mengotori jalan, juga tidak menghargai pekerjaan mereka yang tadi pagi telah menyapunya.

Buang sampah di jalan (sumber: mobilku.org)
Buang sampah di jalan (sumber: mobilku.org)
Beberapa waktu lalu viral sebuah video yang menunjukkan seorang warga memungut sampah yang dibuang "penguasa jalan" petugas patroli LLJR. Sampah tersebut kemudian dilemparkan masuk ke dalam mobil Pak Polisi tadi. Miris sekali, mereka yang harusnya menertibkan dan ikut menjaga kebersihan jalan, malah justru mengotorinya atau memberi contoh tidak sepantasnya kepada pengguna jalan lainnya.

Tapi orang egois akan membela diri dengan berkata: halah sampah plastik selembar saja dipersoalkan. Lagian kalau tidak ada sampah mereka tidak akan bekerja.Saya sendiri kadang berpikiran demikian. Tapi hai... logika itu keliru. Bukankah kita saja tanpa diminta kita lahir ke dunia ini. Kalau begitu salahkan saja orang tua kita ketika hidup kita tidak sesuai harapan dan keinginan. Tidak etis bukan?

Parkir Sembarangan

Inilah yang paling parah karena tidak lagi merupakan tindakan sepele. Kebiasaan parkir di tempat yang nyata-nyata merupakan area sempit atau yang sudah diperuntukkan selain parkir. Padahal di setiap kota, area parkir sudah ditentukan oleh pemerintah setempat. Baik itu parkir di pinggir jalan atau parkir di tempat keramaian dengan tarif sesuai aturan.

Tetapi orang memang tidak semua taat aturan. Nyata-nyata sudah diatur, masih saja "ngeyel" parkir sembarangan. Hal ini menandakan tingkat mentalitas orang yang parkir tersebut tidak selaras dengan kendaraan yang diparkirkannya.

Akibat parkir sembarangan (sumber: makassar.tribunnews.com)
Akibat parkir sembarangan (sumber: makassar.tribunnews.com)
Padahal mestinya orang yang memiliki kendaraan pribadi baik itu motor apalagi mobil, tingkat kesadaran taat aturannya lebih baik dari pada mereka yang tidak punya kendaraan. Tetapi justru terkadang sebaliknya, orang yang tidak punya kendaraan menggunakan fasilitas umum sebagai "keterpaksaan" untuk ikut mengurai kemacetan, malah mereka yang punya kendaraan menambah kemacetan dengan cara parkir sembarangan. Mengganggu ketertiban bukan?

Demikian barangkali sesuatu yang sepele tetapi sebenarnya tidak "kece" jika dilakukan oleh siapa pun. Ruang publik memiliki aturan-aturan. Ada yang aturannya disertai sanksi dan hukuman, tetapi ada juga yang tidak disertasi dengan sanksi dan hukuman. Hanya kesadaranlah yang akan menjamin seseorang menjaga dan menaati aturan-aturan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun