Mohon tunggu...
Minami
Minami Mohon Tunggu... pegawai negeri -

@maharsiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mantan Presiden PKS Meniru Presiden Pertama RI?

26 Juni 2013   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:25 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_251330" align="alignleft" width="300" caption="Mantan Presiden PKS pada Sidang Tipikor (foto tribunnews.com)"][/caption] Kabar pengakuan Ziad, orang tua Darin Mumtazah dalam Sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta Senin 24 Juni 2013 tentang pernikahan anaknya dengan terpidana mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Itu hanyalah penegasan dugaan masyarakat selama ini. Dalam dakwaan Jaksa KPK, disebutkan Darin telah dinikahi LHI sebagai istri ketiga.

Kali ini fokus yang akan kita sorot adalah masalah pemain figuran dalam kasus korupsi kuota impor daging sapi. Sebagaimana blow-up media, siapa lagi kalau bukan Anak Baru Gede (ABG) semok putri Ziad tersebut. Masalah lain sudah sangat menjemukan, tidak eyecatching lagi menurut saya.

Harta, tahta, dan wanita. Itulah visi dan misi alami seorang pria. Siapapun yang memiliki harta, dia bisa mendapatkan tahta dan wanita, atau dibalik siapapun yang memiliki tahta, tak sulit mendapatkan harta dan wanita. Namun, dengan wanita, harta dan tahta bisa melayang seketika. LHI, Djoko Susilo, Silvio Berlusconi, dan sederet nama lainnya sudah membuktikan.

Presiden Republik Indonesia pertama sekaligus Bapak Proklamator kita sendiri pun terkenal sebagai penakhluk wanita sejati. Dengan tahtanya, dia memang tidak silau dengan harta, namun saat bertatap mata dengan wanita muda, hatinya akan selalu diliput gundah gulana sesudahnya. Mari kita susuri kembali sisi lain Singa Podium nan garang ini, Ir. Sukarno.

Dibanding Presiden RI pertama, boleh dibilang Presiden PKS belum ada apa-apanya dalam hal merebut hati wanita muda, istilah sekarang biasa disebut ABG. Jika Luthfi hanya bisa menggaet Darin (itupun hanya nikah siri), Bung Karno tercatat sukses menaklukkan empat ABG semasa hidupnya (saat menjabat presiden negara).

Kita mulai dari istri pertama Bung Karno, yakni Oetari. Oetari ini adalah putri sulung tokoh pergerakan nasional sekaligus bapak kos Bung Karno saat sekolah di Surabaya, Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Oetari dinikahi Kusno (nama kecil Bung Karno) saat masih berusia 16 tahun atau seusia juara X-Faktor Indonesia dan juga Darin Mumtazah. Saat itu, Sukarno belum genap berusia 20 tahun. Pernikahan mereka hanya seumur jagung begitu Sukarno mengenal Inggit Garnasih, ibu kosnya saat kuliah di (sekarang) ITB Bandung.

ABG lain yang dinikahi Bung Karno yakni Naoko Nemoto, kelak dia mengubah namanya menjadi Ratna Sari Dewi. Dia berkenalan dengan Presiden Sukarno saat bertemu di Hotel Imperial Tokyo Jepang sekitar tahun 1958, saat itu dia berstatus pelajar sekaligus entertainer berusia 19 tahun.

[caption id="attachment_251333" align="alignleft" width="300" caption="Yurike Sanger di kala tua (foto merdeka.com)"]

1372213624443446180
1372213624443446180
[/caption] Selanjutnya, Presiden Sukarno menikahi pelajar kelas II SMA 7 Jakarta pada 6 Agustus 1964. Yurike Sanger, seorang gadis bongsor anggota Barisan Bhinneka Tunggal Ika yang sering mengisi acara kenegaraan. Meski masih begitu besar cintanya, pada 1967 Bung Karno menyuruh Yurike menggugat cerai dirinya mengingat keadaan dirinya yang cukup payah setelah dijatuhkan Letjen Soeharto, presiden kedua RI.

Wanita muda terakhir yang dinikahi Bung Karno adalah Heldy Djafar. Dia adalah gadis keturunan Kutai Kartanegara Kalimantan Timur. Keduanya menikah pada 1966 saat Bung Karno berusia 65 tahun dan Heldy masih 18 tahun. Situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu membuat pernikahan terakhir Sukarno tidak berlangsung lama. Setahun setelah bercerai, pada 19 Juni 1968 Heldy 21 tahun dinikahi Gusti Suriansyah Noor.

Dari kesembilan istri Bung Karno, yang menurut saya paling istimewa adalah Ibu Fatmawati. Dari dirinyalah lahir putra putri Sukarno yang ikut mewarnai sejarah perjalanan bangsa Indonesia, puncaknya tentu ketika Megawati Sukarnoputri menjadi presiden wanita pertama RI. Di samping itu, rumahnya di Bengkulu juga tidak jauh dari rumah saya dulu di sana. Beberapa kali saya menyempatkan diri berkunjung ke rumah pengasingan Bung Karno di Anggut Atas Kota Bengkulu, berjarak selemparan batu dari rumah Fatmawati. Hampir lupa, saat dinikahi Sukarno, Ibu Fatmawati juga masih tergolong muda meski sudah bukan ABG lagi, 20 tahun.

[caption id="attachment_251332" align="alignright" width="300" caption="Ibu Fatma, gadis asli Bengkulu (foto merdeka.com)"]

13722135592120620657
13722135592120620657
[/caption] Merdeka...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun