Ada yang tidak percaya bahwa harga emas bisa turun. Harga emas pernah turun pada berbagai periode, tergantung kondisi ekonomi global, nilai tukar dolar AS, suku bunga, dan sentimen pasar. Berikut beberapa contoh signifikan saat harga emas turun:
1. Tahun 2013
Harga emas anjlok sekitar 28% sepanjang tahun. Ini merupakan penurunan tahunan terbesar sejak 1981. Penyebabnya antara lain ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan mengurangi stimulus (tapering), serta menguatnya dolar AS dan pasar saham.
2. Akhir 2016
Setelah Donald Trump terpilih sebagai Presiden AS, harga emas turun tajam. Investor memprediksi kebijakan fiskal ekspansif yang dapat memacu pertumbuhan dan inflasi, sehingga mendorong suku bunga naik dan melemahkan daya tarik emas.
3. Maret 2020 (awal pandemi COVID-19)
Saat awal pandemi, harga emas sempat turun karena investor menjual aset-aset untuk mendapatkan uang tunai, termasuk emas. Namun penurunan ini hanya sementara karena setelahnya harga emas melonjak sebagai aset safe haven.
4. Awal 2021 hingga pertengahan 2022
Harga emas sempat turun karena meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS dan ekspektasi kenaikan suku bunga oleh The Fed. Hal ini mengurangi daya tarik emas karena emas tidak memberikan bunga atau dividen.
Tidak Selalu Berlaku di Indonesia
Fluktuasi harga emas dunia dalam 15 tahun terakhir menunjukkan dinamika yang menarik. Sejak tahun 2010, harga emas sempat melonjak tajam, kemudian anjlok pada 2013, dan kembali naik seiring ketidakpastian global. Namun, penurunan harga emas di pasar internasional tidak selalu tercermin di Indonesia.
Data menunjukkan bahwa meskipun harga emas global sempat turun pada beberapa tahun, seperti 2013 dan 2015, harga emas dalam rupiah justru tetap naik. Penyebab utamanya adalah depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Ketika nilai tukar melemah, harga emas dalam rupiah tetap tinggi atau bahkan meningkat, meski secara global emas sedang murah.
Hal ini menjelaskan mengapa masyarakat Indonesia masih melihat emas sebagai instrumen investasi yang relatif aman. Sebagai aset safe haven, emas tetap diminati saat terjadi ketidakstabilan ekonomi, krisis global, maupun gejolak geopolitik.
Bagi investor domestik, memantau harga emas dunia penting, namun tidak kalah penting adalah memperhatikan kurs rupiah. Dalam banyak kasus, depresiasi rupiah lebih besar daripada penurunan harga emas global, sehingga nilai investasi emas tetap menguntungkan dalam jangka panjang.