Mohon tunggu...
Mahaji Noesa
Mahaji Noesa Mohon Tunggu... Administrasi - Pernah tergabung dalam news room sejumlah penerbitan media di kota Makassar

DEMOs. Rakyat yang bebas dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melihat ‘Soeharto Muda’ di Monumen Mandala

9 Juni 2012   13:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:11 1365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181733" align="aligncenter" width="504" caption="Tampak sejumlah parasit tumbuh di dinding bagian luar Monumen Mandala/Ft: Mahaji Noesa"][/caption] [caption id="attachment_181737" align="alignleft" width="430" caption="Arca Panglima Komando Mandala Soeharto di Monumen Mandala/Ft: Mahaji Noesa "]

13392459001609599396
13392459001609599396
[/caption]

Dibangun di bekas Markas Komando Wilayah Pertahanan (Makolwilhan) III di Jl. Jend. Sudirman Kota Makassar, Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat dimaksudkan untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia khususnya dalam merebut kembali wilayah Irian Barat (Kini: Wilayah Papua) dari tangan penjajah Belanda.

Tak heran, jika monumen setinggi 62 meter yang didirikan dalam masa pemerintahan Orde Baru tersebut di lantai I dilengkapi dengan relief sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dari masa ke masa. Kemudian di lantai II dijadikan sebagai ruang diorama khusus mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya merebut kembali wilayah Irian Barat yang berupaya dicaplok kembali oleh penjajah Belanda saat Indonesia sudah menyatakan proklamasi kemerdakaannya pada 17 Agustus 1945.

Melalui diorama di lantai II, dapat disaksikan suasana Kongres Rakyat Pembentukan Provinsi Irian Barat di Maluku tahun 1955 dimana Presiden RI Soekarno mengakui secara resmi pembentukan provinsi ini, dan menunjuk Sultan Zainal Abidin Syah sebagai Gubernur Irian Barat.

Kemudian ada diorama mengenai suasana pembentukan Front Nasional Pembebasan Irian Barat pada 17 Januari 1958 yang diketuai oleh Mayjen A.H.Nasution di Jakarta. Rapat Mobilisasi Umum 19 Desember 1961 di alun-alun Yogyakarta, dimana Presiden Soekarno mengumandangkan Tiga Komando Rakyat (Trikora) : (1) Gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua bentukan Belanda (2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat wilayah Republik Indonesia (3) Bersiap untuk melakukan mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pun ada diaroma suasana Mobilisasi Umum Trikora 4 – 8 Januari 1962 di Lapangan Karebosi Kota Makassar.

Diaroma lainnya menggambarkan suasana peninjauan kekuatan tempur Indonesia yang dilakukan oleh Panglima Operasi Mandala Pembebasan Irian BaratSoeharto bersama Panglima Komando Angkatan Laut R.Soedomo tahun 1962 di garis depan Irian Barat. Termasuk ada diaroma yang terlihat begitu hidup mengenai suasana penyerahan Irian Barat dari pihak Belanda kepada UNTEA, 15 Agustus 1962. Penyerahan Irian Barat dari UNTEA ke Republik Indonesia 1 Mei 1963. Hingga diorama suasana Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat, Juli 1964.

Sedangkan di lantai III Monumen Mandala ini, selain dapat disaksikan sejumlah foto-foto dokumentasi perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya merebut Irian Barat sebagai wilayah Republik Indonesia yang hendak dicaplok oleh pihak Belanda. Terdapat sejumlah pakaian uniform, atribut dan sejumlah persenjataan yang digunakan para prajurit Republik Indonesia dalam mengusir penjajah Belanda dari wilayah Irian Barat.

Di lantai III Monumen Mandala ini juga terdapat arca mantan Presiden RI Soeharto ketika menjabat sebagai Panglima Operasi Mandala Pembebasan Irian Barat yang dipusatkan di Kota Makassar. Arca ‘Soeharto Muda’ tersebut tampak duduk di ruang kerja yang menggunakan kursi dan meja sederhana terbuat dari kayu. Dua buah cincin terlihat melingkar di jari Soeharto, dan sebuah tas kulit tergeletak di sebuah kursi kosong di sampingnya.

Sayang sekali, pascareformasi yang mengakhiri pemerintahan Orde Baru dibawah kempemimpinan Presiden Soeharto, Monumen Mandala di Kota Makassar terlihat kurang mendapat perawatan. Padahal monumen yang dibangun dengan biaya yang cukup besar tersebut merupakan bagian penting upaya pengabadian dokumenta perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan serta kedaulatan NKRI.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, Monumen Mandala tampak mendapat pengawasan dan pemeliharaan yang cukup baik. Jangankan untuk naik ke ruang lantai IV setinggi 62 meter di puncak Monumen Mandala, untuk masuk halaman monumen seluas sekitar 3 hektar tersebut terlebih dahulu harus meminta ijin dari pihak Kodam yang mendapat tugas untuk menjaga dan memeliharanya.

Sekarang, menurut seorang petugas sekuriti yang ditemui Sabtu sore (9 Juni 2012),Monumen Mandala dalam pengawasan dan pemeliharaan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan. ‘’Pihak Dinas Pariwisata Sulsel yang menugaskan saya di sini,’’ jelas petuga sekuriti tersebut.

Sejumlah orang yang mengikuti sebuah ajang pameran produk di sekeliling halaman Monumen Mandala Sabtu sore tampak berminat naik ke lantai IV Monumen Mandala. Untuk itu terlihat sang petugas menawarkan tarif Rp 10.000 per orang lalu diantar naik menggunakan lift ke puncak monumen. Hanya maksimal lima orang sekali naik lift ke puncak monumen. Sedangkan pengunjung yang hanya mau melihat-lihat relief dan diaroma di lantai I, II dan III dikenakan tarif Rp 5.000/orang.

Sayangnya, ditangan pihak Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan, Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat di Kota Makassar terlihat sudah kurang terawat. ‘’Plafon di lantai IV sudah lama bocor, masuk air kalau hujan tapi belum pernah diperbaiki,’’ kata Sang Petugasnya.

Di lantai I, tampak lantai tegel selain sudah banyak yang pecah, juga terlihat kumuh menghitam tak pernah dibersihkan. Relief perjuangan yang mengeliling lantai I Monumen Mandala banyak yang dibiarkan tercoret-coret dengan tulisan-tulisan cat yang tidak etis. Bahkan di bagian dinding monumen yang menjulang 62 meter sudah ditumbuhi banyak sekali lumut dan tumbuhan parasit. Kolam sekeliling lantai dasar monumen yang dulunya bersih, kini airnya tampak keruh. Sepertinya lama tidak terurus lantaran sudah ditumbuhi banyak tanaman eceng gondok.

Di lantai II diorama 9 mengenai infiltrasi pasukan khusus Angkata Udara ke Marauke, 21 Juni 1962 dalam kaitan upaya pembebasan Irian Barat dari tangan penjajah, justru gelap pekat tak memiliki penerangan. Demikian pula dengan arca ‘Soeharto Muda’ di lantai III tak memiliki penerangan. Gelap.

Pemandangan tak kalah kusamnya terlihat di Panggung Terbuka arah barat halaman monumen. Tahun lalu, terdengar ada wacana dari Pemprov Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Gubenur H.Syahrul Yasin Limpo yang telah dianugerahi Bintang Maha Putra tersebut untuk mempihakketigakan pengelolaan dan pemeliharaan Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat ini.

‘’Ada rencana monumen ini akan diperbaiki,’’ kata Sang Petugas Sekuriti yang sekaligus bertindak sebagai pemandu mengantar setiap pengunjung yang akan naik ke puncak Monumen Mandala.

Dia kemudian menunjuk sebuah bangunan Meeting Room Mandala di bagian halaman barat Munumen Mandala yang kini sedang diperbaiki sebagai bagian dari adanya rencana perbaikan monumen ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun