Mohon tunggu...
mafazatun nurul izzah
mafazatun nurul izzah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

pend.islam anak usia dini / UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Model Social Awarenees dan Cara Seru Bangun Kepekaan Sosial

22 April 2020   01:38 Diperbarui: 22 April 2020   01:32 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Beberapa waktu terakhir ini, masyarakat berulangkali tergeleng-geleng oleh pernyataan-pernyataan anak dan remaja pemakai media sosial, yang mengkritik suatu hal secara tidak empatik. Disaat yang sama, kita juga melihat lebih banyak para remaja berloba-lomba untuk melakukan kegiatan positif bagi lingkungan sekitar. Akibat yang kontras antara dua kelompok yang usianya setara ini sebenarnya ada kaitanya dengan social awareness.

Secara umum social awareness (kepekaan sosial) merupakan kesadaran seseorang akan keberadaan dan eterkaitan dalam lingkungan sosial. kepekaan sosial berhubungan dengan penghayatan seseorang akan berbagai kejadian yang terjadi dilingkungan sekitarnya, karakter dirinya, juga kesempatan dan tatangan untuk ikut berperan mengatasi kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar.

Kesadaran sosial adalah representasi individu seseorang akan dirinya sendiri dan juga orang lain. (Wegner & Guiliano, 1982). Prasolova-Forland (2002) kemudian mengungkapkan bahwa kesadaran sosial berkaitan dengan ketelitian seseorang terhadap keadaan sosial yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain.

Sehingga individu dapat menjadi tahu dan menyadari sesuatu yang terjadi di sekitarnya, seperti mengenai apa yang dilakukan orang lain, apakah orang tersebut terlibat dalam sebuah percakapan dan dapat dinganggu, siapa saja yang berada di lingkungan sekitar, dan sedang terjadi apa disana.

Dalam kejadian ini, kesadaran sosial bisa dilihat sebagai sebuah presentasi dan persepsi individu mengenai informasi yang berkaitan dengan tujuan sosialnya (Sheldon, 1996). Potmes, Spears< dam Cihangir (2001) menunjukkan bahwa dalam usaha untuk memengaruhi orang lain, orang lain cenderung memberikan perhatian khusus berkenaan bagaimana orang lain menilai dirinya, sehingga orang tersebut mampu menyesuaikan dirinya dengan bangun partisipasi yang setara untuk dilakukan, dan secara perlahan akan mempengaruhi penilaian orang lain.

Model Social awarenees

1. Dimensi social awarenees

Sheldon (1996) mengatakan bahwa social awareness mempunyai tiga dimensi, yaitu tacit awarenees (perspektif diri sendiri dan perspektif orang lain), focal awarenees (individu sebagai objek dan orang lain sebagai objek) dan awarenees content (penampilan yang bisa diobservasi dan pengalaman yang tidak bisa diobservasi).

Sesuai perbedaan yang ada diantara perspetif yang ditarik untuk evaluasi sosial dan objek dari sebuah evaluasi sosial, Wegner dan Guiliano (1982) membublikasikan dua dimensi dasar dari social awarenees, yaitu tacit awarenees dan focal awarenees.  

  • Tacit awarenees merupakan cara pandang seseorang. Tacit awarenees terbagi menjadi dua bagian, yaitu perspektif diri dan perspektif orang lain.
  • Focal awarenees merupakn topik dari sebuah evaluasi. Focal awarenees terbagi menjadi dua yaitu, diri sendiri sebagai objek dan orang lain sebagai objek.

Sheldon dan Johnson (1993) mengatakan bahwa individu tidak hanya mengakses sebuah target daro kesadaran yang bersifat privileged, tetapi juga kesadaran yang bersifat nomn-priviliged. Kesadaran yang bersifat non-privileged ini bisa difahami melalui tiga tahap.

1. Seseorang tidak harus memakai prespektif orang lain secara psikologis untuk mengevaluasi kinerjanya sendiri, contohnya orang-orang yang terkena bulimia selalu berpikir bahwa mereka gemuk, terhindar dari penilaian orang lain yang mengatakan bahwa mereka tidak gemuk. Selain itu, penderita bulimia lebih mengarah pada penilaian penampilan mereka dari perspektif mereka sendiri tidak dapat dibantah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun