Mohon tunggu...
M.Taufik Budi Wijaya
M.Taufik Budi Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

"Satu langkah kecil seorang manusia, satu langkah besar bagi kemanusiaan"-Neil Armstrong. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Onden di Tengah Upaya Menjaga Kelestarian dan Ancaman Kerusakan Alam di TNGHS

25 Februari 2010   18:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:44 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
M. Taufik Budi Wijaya)

[caption id="attachment_81714" align="alignleft" width="300" caption="Onden,warga Desa Gunung Sari.Salah seorang penjaga lestari alam di TNGHS. (Foto: M. Taufik Budi Wijaya)"][/caption]

Hujan mengguyurDesa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (16/2) lalu.Kabuttipismenyelimuti desayang masukkawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, TNGHS tersebut.Meski cuaca takbersahabat dandingin terasamengigit tulang,tak menghalangiOndenbekerja. Dibantu puteranya, tangan lelaki 55 tahun itusibuk menggergaji atau memotong-motong bambu .

Saya menemuiOnde ditengah kesibukannya memperbaikirumah bambu atau saungberukuran 3 kali 4 meter persegi.Saung itu untuk disewakan kepada wisatawan. Sebagian warga Desa Gunung Sari termasuk Onden, mencari rezeki dari usaha wisata alam. “Sejak 1987, wilayah ini dibuka untuk pariwisata,” kata Onden sambil menghisap rokok kreteknya.Sebelum wilayah ini dibuka untukwisata alam,sebagian warga bekerja sebagai petani cengkeh .Akibat harga cengkeh jatuh, merekalantasberalih profesi. Menjadi pemandu wisata, pedagang makanan atau minuman sampai membuka tempat peristirahatanseperti yang dilakoni Onden.

Kawasan di sekitar desa ini,memangmenyimpan potensi pariwisata alam yang indah. Mulai dari air terjun, lembah, sampai hamparan sawahdan gunungyangmenawan.Mengutipsitus TNGHS sedikitnya ada 20 air terjun atau curug, tersebar diberbagai tempat, termasuk di Desa Gunung Sari .Menurut Onden,tigaair terjun yang ada disekitar Desa Gunung Sari, berhasil ia temukan bersama sejumlah warga.“Sekitar tahun 1984saya menyusurikali Cikaluwung. Setelahmembuat jalan setapak,saya menemukanCurugSeribu, tingginyasekitar 70 meter,” kenangnya.Onden lantasmelaporkan penemuannya kepadaDinas Pariwisata Bogor.

Potensi wisata di TNGHSyang dinilai menguntungkan, menyedotparapendatangmenanamkan investasi mereka. Bakjamur dimusim hujan, villa-villa mewah banyak berdiri. Ironisnya tempat peristirahatan tersebut, berdiri di kawasankonservasi, daerah resapan air.CatatanDinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor baru-baru ini, total villayang berdiri tanpa izin mendirikan bangunan mencapai 140-an!

[caption id="attachment_81723" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu sudut pemandangan alam di Desa Gunung Sari, Kec. Pamijahan, Kabupaten Bogor. (Foto: M. Taufik Budi Wijaya)"]

[/caption]

Tak pelak, kepentingan ekonomi akhirnya bertabrakan dengan ancaman kerusakan lingkungan.Situasi ini mulai terasa.“Ketika dibangun villa masyarakat setempat diberi kesempatan mencari kayu. Dan mulai terjadi perambahan. Hutan gundul, debit air berkurang. Ketika hujan besar, berlimpah dan banjir. Dulu hujan besar, airnya masih terserap,” tutur Saptaji, relawan di TNGHS. Warga lainnya Koko Sarkowi menimpali, ”Saya lihat (debit air) di kali, dulu dan sekarang berbeda. Sekarang kalau musim hujan, air langsung melintas. Kalau dulu air terserap. Dimusim kemarau tetap ada airnya. Saya perkirakan di kawasan ini hanya tinggal 25 persen saja yang bertani. (Saat musim kemarau) mereka kerapkekurangan air di sawah dan berebutan.”

Ancaman longsor dan banjir di sekitar Desa Gunung Sari, membuat hati Onden tergerak. Sebagian daerah yang gundul akibat penebangan illegal,khususnya di sekitar daerah aliran sungai mulai ditanami kembali. “Sejak2006 saya mulai tanamipohon seperti puspa, malia dan bambu. Sudah 2 ribuan pohon yang saya tanam dipinggir kali Cigamea,” kata Onden. “Ukuran batangnya sebesar ini”, jelasnya sambil melingkarkan jari ke bagian paha.Kesadaran terhadap kelestarian lingkungan yang masih minimdandorongan ekonomi, memaksa sebagian warga masih tetapmenebang pohon. Ondenkerap memergoki para pelaku pembalakan. “Ada orang yang menebang pohon sembarangan, itu saya stop. Saya bayar (pohon yang mereka tebang).Kasian karena mereka tak punya duit.Menebang pohon (karena lapar) lantas dijual. ”

Adakah penghargaan yang diberikan pemerintah atas upaya Onden?“Tak ada (penghargaan),Saya orang bodoh, hanya bisa bekerja,” ujarnya merendah.Onden mengaku tak mengharapkan pamrih, atas sumbangsih kecilnya terhadap kelestarian alam di sekitar TNGHS.Meski demikian, ia sadar upayanya akan sia-sia, jika Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Bogortidak menghentikan salah satu sumber kerusakan lingkungan di sana:pembangunan villa illegal!.

[caption id="attachment_81762" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu bangunan yang diduga tanpa IMB di kawasan TNGHS yang tengah dirampungkan (Foto: M.Taufik Budi Wijaya)"]

[/caption]

Jika terus dibiarkan, ancaman banjir dan longsor tinggal menunggu waktu.Kekhawatiranini mulai terbukti.Luapan air kali Cikaluwung pertengahan Februari lalu,telah memakan 2 korban jiwa. “Belasan orang lainnya sempat terperangkap air bah” jelas Saptaji wargaDesa Gunung Sari yang sempat menolong korban.Jadi tunggu apa lagi?

***

Tulisan serupa bisa dibaca di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun