Mohon tunggu...
M Miftahul Firdaus
M Miftahul Firdaus Mohon Tunggu... Insinyur - Pengagum Soekiman Wirjosandjojo

Pembelajar, Engineer, pengagum Soekiman Wirjosandjojo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Psikologi Otak Kadal Film Rakka (Bagian 1)

4 Juli 2017   17:35 Diperbarui: 4 Juli 2017   17:47 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : http://www.denofgeek.com


Sebelum melanjutkan, saya mengimbau pembaca sekalian untuk tidak terlalu serius menanggapi tulisan ini. Hal itu dikarenakan, bisa jadi setelah membaca, pembaca sekalian (yang memiliki jauh lebih banyak pengetahuan di banding saya) akan menganggap tulisan ini sampah belaka. Jadi sebelum itu terjadi, anggap saja membaca tulisan ini just for fun. Namun, saya tidak melarang jika pembaca menanggapinya betul-betul. Tulisan ini dimuat di Qureta

Haha! Lagipula tulisan ini akan membahas tentang sebuah film. Tentunya cukup cocok bukan, di saat liburan belum sepenuhnya selesai seperti ini? In summary, why so serious? Well, anggap saja saya ini orang gabut yang hobi nonton film (non-mainstream) dan sedang mengajak pembaca menonton film yang baru saya tonton. Jadi, tidak perlu sampai mencak-mencak berdebat teoritis karena itu malah membuat lebaran jadi so schon kaputt.

Saya baru saja menonton film pendek keluaran Oats Studio berjudul Rakka. Sekilas dari judulnya, mungkin kita mudah menganggapnya sebagai film India. Namun, ternyata film ini merupakan film Amerika (maksudnya Amerika Serikat) berdurasi sekitar 22 menit dengan genre aksi dan fiksi ilmiah. Film ini bercerita tentang perjuangan suatu pasukan (berbendera Amerika tentunya) yang memerangi alien jahat yang menginvasi bumi.

Sound simple, tapi film ini bukan sembarang film (setidaknya menurut saya). Kerumitan pertama datang dari judulnya. Judul itu terlihat sama sekali tidak berhubungan dengan kisah alien kadal humanoid yang menduduki bumi. Apa makna kata itu? Saya tidak menemukannya dalam bahasa-bahasa utama Amerika. Maksud saya tidak hanya American English, tapi juga bahasa lain dalam rumpun Anglo-Saxon dan Hispanic.

Gambar : Komandan Jasper https://www.the7thmatrix.com
Gambar : Komandan Jasper https://www.the7thmatrix.com
Anehnya, saya justru menemukan kata "rakka" dalam bahasa Islandia, yang berarti "laki-laki" (saya pakai Google Translate). Tentunya, etnis Islandia (rumpun Skandinavia) bukan etnis utama di Amerika, meskipun masih bersaudara dengan rumpun Jermanik dan Anglo-Saxon. Pertimbangan lainnya karena tokoh yang memiliki peran penting dalam film ini merupakan seorang perempuan (semacam komandan) bernama Jasper (Seigourney Weaver).


Lalu apa maksud judulnya? Akhirnya saya tonton saja film itu tanpa banyak bertanya. Di sinilah hal-hal yang menarik terjadi. Saya sarankan pembaca menonton terlebih dahulu di situs-situs streaming yang telah ada. Film besutan Neill Blompkamp dan Thomas Sweterlitsch ini dibagi menjadi tiga babak. Babak pertama bertajuk "The World" lalu "Amir & Nosh" sementara bagian ketiga bercerita tentang "Siege".

Pada babak pertama, dunia manusia dikisahkan hampir musnah akibat invasi pasukan alien kadal humanoid yang tidak diketahui asalnya yang diberi nama "vermin" atau "sang hama" oleh penduduk bumi. Vermin nyaris menyapu bersih umat manusia. Uniknya, mereka mengalahkan manusia bukan hanya dengan perang menggunakan senjata. Vermin cenderung menggunakan kemampuan uniknya, mengendalikan pikiran orang!

Gambar : Vermin memanipulasi politisi manusia https://www.the7thmatrix.com
Gambar : Vermin memanipulasi politisi manusia https://www.the7thmatrix.com
Setiap orang yang melihat vermin akan mengalami penurunan kesadaran dan mengikuti keinginan makhluk itu. Kadal humanoid itu lalu menggiring manusia yang sudah dikendalikan pikirannya ke dalam "pemukiman" tempat mereka tinggal. Di sana, vermin melakukan eksperimen pada manusia untuk menjadikannya semacam "inang" bagi keturunan vermin dan tujuan-tujuan lain yang tidak terlalu diceritakan dalam film.

Vermin bahkan kerap menanamkan semacam chip di kepala manusia berpengaruh seperti politisi agar memengaruhi penduduk bumi untuk tidak takut pada vermin dan percaya pada rencana "pemukiman yang lebih baik" yang dibawa vermin bagi umat manusia. Manusia rupanya terlambat menyadari kemampuan pengendalian pikiran vermin. Namun, manusia telah mampu membuat semacam helm penangkal meski tidak dapat diproduksi massal.

Segelintir manusia yang mampu menolak penguasaan pikiran oleh vermin lewat helm penangkal tersebut kemudian menjadi pejuang yang mengangkat senjata. Perlawanan mereka terbilang kecil karena kekuatan musuh telah menyebar luas akibat pembangunan menara-menara pemukiman vermin di seluruh dunia. Sementara para pejuang hanya bisa melakukan pengeboman konvoi vermin yang sedang berusaha mencuci otak penduduk bumi tersisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun