Sepak bola akan mengalami kesuksekan jika cara mengelola atau manajemen lembaganya dilakukan secara profesional. (Erick Thohir)
Sepak bola saat ini menjadi olah raga yang sangat digandrungi oleh mayoritas penduduk di setiap negara di dunia. Masyarakat berbondong-bondong untuk sama-sama menonton di setiap perhelatan olah raga yang dimainkan oleh sebelas orang dalam masing-masing klub itu.
Para penonton dan penikmat olah raga ini juga tak terbatas di usia dewasa saja melainkan di setiap jenjang usia, pun sepak bola juga tidak terbatas pada gender tertentu. Olah raga sepak bola menjadi olah raga yang universal, siapa pun berhak menikmati dan memainkan.
Antusiasme masyarakat terhadap sepak bola ini membuat pemerintah di setiap negara membentuk federasi atau lembaga sepak bola sebagai wadah dan sebagai ajang peningkatan talenta-talenta dalam sepak bola sehingga sepak bola dapat berkembang dan maju.
Tantangan PSSI
Di Indonesia terdapat Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai wadah dan membantu agar sepak bola di Indonesia jadi berkembang. Misalnya, membentuk kompetisi tingkat nasional yang diikuti berbagai klub yang mengatasnamakan satu wilayah.
Selain mengadakan kompetisi, PSSI juga harus mempromosikan sepak bola Indonesia ke kancah internasional dan memberikan pelatihan kepada pihak-pihak yang berminat di dalam olah raga ini sehingga memiliki kualitas permainan yang bagus.
Namun pengelolaan PSSI ini kerap tidak berbanding lurus dengan tujuan dibentuknya PSSI. Para petinggi di lembaga tersebut sering menyalahgunakan posisinya sebagai alat politik dan untuk meraup pundi-pundi kekayaan. Misalnya, bermain mata dengan para mafia bola dan terjadi kongkalikong dalam pengaturan skor dalam suatu kompetisi.
Pengelolaan yang tidak profesional oleh para pimpinan tersebut mengakibatkan kemunduran dalam dunia sepak bola di Indonesia, alih-alih maju, sepak bola Indonesia akan terperosok ke dalam jurang kebinasaan jika PSSI dipimpin orang yang tidak profesional dan hanya mementingkan dirinya sendiri dan kelompok tertentu.
PSSI dan sepak bola Indonesia harus diselamatkan dengan mencari sosok pemimpin yang mampu mengelola dengan baik serta tidak memiliki kepentingan pribadi dan kelompoknya.