Mohon tunggu...
M. Jamaan
M. Jamaan Mohon Tunggu... -

Pensiunan PT. Chevron thn 2004

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Untung-ruginya Ajaran OSPEK

19 Desember 2013   08:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:45 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sudah berulang kali OSPEK makan korban.Ospek tahun depan giliran siapa lagi yang akan jadi korban sia-sia.

Dalam ilmu jiwa, ada satu penyakit yang dinamakan KLEPTOMANIA.Mereka yang memiliki penyakit kleptomania ini sangatlah senang bila ia bisa melihat orang lain menderita dan tersiksa.Sebaliknya, mereka akan merasa sangat menderita bila melihat ada orang yang bisa senang.

Mengamati perilaku sadisme yang telah berulang kali terjadi ketika acara ospek berlangsung, sepertinya sebahagian dari para pendidik dinegeri ini adalah orang-orang yang memiliki penyakit kleptomania; dimana Ospek adalah salah satu cara yang paling tepat bagi mereka untuk dapat menyalurkan bakat mereka menyaksikan orang lain menderita.

Biasanya dalam pelaksanaan ospek atau perpeloncoan itu pada setiap tahun ajaran baru,para guru cendrung menyerahkan pelaksanaan perpeloncoan itu kepada murid atau mahasiswa yang baru saja naik ke tingkat dua.

Akibatnya, karena ingatan murid yang diserahi tugas perpeloncoan tersebut masih segar dengan penderitaan siksaan yang telah mereka rasakan ketika mereka menjadi murid baru setahun yang lalu, maka mereka yang sudah naik kelas itu akan merasa pelaksanaan orientasi yang diserahkankepada mereka itu adalah merupakan satu kesempatan baik bagi mereka untuk balas dendam kepada murid yang baru, bahkan tak jarang pula perlakuan mereka malah lebih sadis lagi dari apa yang pernah mereka alami pada tahun yang lalu.Buktinya, setiap tahun ajaran baru selalu saja ada korban yang tidak perlu.

Ketika melihat para murid baru sampai termehek-mehek dipelasah oleh kakak kelasnya, disitulah letak kepuasan para pendidik yang bermental kleptomania tadi menjadi terpuaskan.

Padahal, kalaulah mapram alias ospek ini memang dirasa sangat perlu, mutlak, mesti harus dilaksanakan karena dianggap hanya itulah satu-satunya cara terbaik untuk menjadikan masyarakat bangsa Indonesia ini agar dapat menjadi lebih cerdas; mestinya ospek itu dilakukan oleh para guru itu sendiri, bukannya diserahkan kepada murid-murid yang baru naik kelas.Sehingga tingkat kesadisan dari ajaran perpeloncoan itu akan tetap sama dari tahun ketahun atau tingkat balas dendamnya tidak akan bertambah.

Memang, diakui, bahwasanya mereka yang dianggap telah melanggar batasan kewajaran yang tak jelas dalam sistem orientasi itu, bisa saja di adili dan diberikan sangsi.Tetapi buat apa sangsi itu bagi mereka yang sudah terlanjur meregang nyawa akibat perpeloncoan itu ?.

Sudah saatnya kini kita menyadari bahwasanya dengan system perpeloncoan seperti apa yang sudah pernah diterapkan selama ini, yang telah dibebankan kedalam dunia pendidikan dinegeri ini; maka lahirlah tidak sedikit siswa-siswa brutal yang semakin jauh dari rasa sopan santun, yang tidak punya rasa segan, yang tidak punya tenggang rasa terhadap kesulitan orang lain, yang semakin jauh dari rasa malu.

Bahkan lebih jauh dari itu, dengan sistem pendidikan yang dibebani perpeloncoan ini juga telah melahirkan cukup banyak anak bangsa ini yang justru hobinya tawuran.

Bayangkan bagaimana jadinya bila mereka kelak menjadi pimpinan.Wajar saja mereka tidak lagi ragu-ragu korupsi memperkaya diri sendiri, karena mereka telah terbiasa dididilk untuk tidak punya rasa belas kasihan. Padahal triliunan rupiah yang mereka korupsi itu bila dibuatkan jalan, mungkin sampai kedesa-desa bisa diaspal licin, rakyat senang melalui jalan tersebut.

Tetapi karena mereka sudah didik dengan cara-cara yang kasar, mereka justru bahagia bila bisa melihat rakyat harus menderita  melalui jalan-jalan yang hancur-hancuran.Itulah akibat negatif dari ospek.  Haruskah OSPEK dipertahankan ???

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun