Mohon tunggu...
LUTPI PAUJIISMAIL
LUTPI PAUJIISMAIL Mohon Tunggu... Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lutpi Pauji Ismail, Lahir di Cianjur, 25 Mei 1998, Merupakan anak pertama pasangan Bapa Dedi Salman Paris dengan Ibu Ida Susila. Alamat tempat tinggal Jl Sabandar RT 01 RW 01 Desa Sabandar, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat 43281, HP : 085322608154. E-Mail : lutpitkc@gmail.com Pendidikan : Sekolah Dasar Negeri/SDN Campaka Warna lulus tahun 2012, Sekolah Menengah Pertama Negeri/SMPN 1 Cikadu lulus tahun 2014, Sekolah Menengah Kejuruan/SMK Pasundan 2 Cianjur dengan Jurusan Akuntansi lulus tahun 2017, lalu pada tahun 2018 kuliah di Universitas Suryakancana Cianjur dengan mengambil Jurusan Teknik Informatika lulus tahun 2022. Di tahun yang sama 2018 aktif dibeberapa Lembaga Pendidikan diantaranya : Paud Daaruttaqwa Asyamsuriyyah (Operator Dapodik), DTA Daaruttaqwa (Operator Emis), Pondok Pesantren Daaruttaqwa (Operator Emis), SMP IT Daaruttaqwa Asyamsuriyyah (Operator Dapodik) dan pada tahun 2022 diangkat menjadi Guru Mapel Informatika di SMP IT Daaruttaqwa Asyamsuriyyah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fixed Mindset vs Growth Mindset: Cara Pandang Yang Membentuk Hidup Kita

3 Oktober 2025   14:35 Diperbarui: 3 Oktober 2025   14:32 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mindset adalah cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Cara berpikir ini sangat memengaruhi bagaimana kita merespons tantangan, kegagalan, maupun keberhasilan. Psikolog Carol Dweck memperkenalkan dua jenis utama mindset, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Memahami keduanya akan membantu kita menyadari pola pikir yang membatasi sekaligus membuka jalan untuk berkembang lebih jauh.

Fixed mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan, kecerdasan, dan bakat sifatnya tetap atau bawaan lahir. Orang dengan fixed mindset sering berpikir bahwa dirinya memang tidak pintar di bidang tertentu atau tidak berbakat dalam suatu hal. Pandangan seperti ini membuat mereka cenderung menghindari tantangan karena takut gagal, mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan, serta merasa terancam ketika melihat keberhasilan orang lain. Dalam banyak kasus, mereka lebih fokus pada hasil akhir dibandingkan proses pembelajaran. Dampaknya, fixed mindset membuat seseorang sulit berkembang karena dirinya terjebak dalam label "bisa" atau "tidak bisa" yang kaku.

Sebaliknya, growth mindset adalah pola pikir yang percaya bahwa kemampuan bisa ditingkatkan melalui usaha, latihan, dan pembelajaran. Orang dengan growth mindset melihat kegagalan sebagai bagian dari proses, bukan akhir dari perjalanan. Mereka cenderung menyambut tantangan sebagai kesempatan belajar, tekun menghadapi kesulitan, dan menjadikan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi, bukan ancaman. Fokus mereka tidak hanya pada hasil akhir, melainkan pada proses yang dijalani. Dengan growth mindset, seseorang lebih terbuka untuk belajar hal baru, berani mengambil risiko, dan lebih tangguh dalam menghadapi kegagalan.

Perbedaan antara fixed mindset dan growth mindset terlihat jelas dalam cara keduanya memandang kemampuan, tantangan, kegagalan, dan keberhasilan orang lain. Jika fixed mindset menganggap kemampuan bersifat tetap, maka growth mindset melihatnya sebagai sesuatu yang bisa berkembang. Jika fixed mindset menghindari tantangan, maka growth mindset menganggap tantangan sebagai peluang. Jika fixed mindset memandang kegagalan sebagai bukti keterbatasan, maka growth mindset menjadikannya umpan balik untuk memperbaiki diri. Dan jika fixed mindset merasa terancam oleh keberhasilan orang lain, growth mindset justru terinspirasi dan mau belajar darinya.

Mengubah pola pikir dari fixed menuju growth mindset tentu bukan hal yang instan, tetapi bisa dilatih dengan kesadaran dan konsistensi. Salah satu cara adalah dengan mengubah bahasa internal kita, misalnya alih-alih berkata "saya tidak bisa", lebih baik berkata "saya belum bisa, tetapi saya bisa belajar." Selain itu, penting juga untuk mulai menghargai proses, bukan hanya hasil akhir. Kegagalan sebaiknya dipandang sebagai pelajaran yang memberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Masukan dan kritik dari orang lain juga perlu diterima dengan terbuka sebagai bahan pengembangan. Yang tidak kalah penting, seseorang perlu membiasakan diri untuk terus belajar, mencoba hal-hal baru, dan tidak takut keluar dari zona nyaman.

Mindset bukanlah sesuatu yang permanen. Setiap orang memiliki kesempatan untuk mengubah cara pandangnya terhadap diri sendiri dan kehidupannya. Dengan melatih growth mindset, kita bisa menjadi pribadi yang lebih resilien, lebih kreatif, dan lebih siap menghadapi tantangan hidup. Cara kita berpikir bisa menjadi kunci, apakah kita berhenti di titik tertentu karena merasa tidak mampu, atau terus maju karena percaya bahwa kemampuan dapat selalu dikembangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun