Mohon tunggu...
Luthfita sari
Luthfita sari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

Prodi S1 Pendidikam bahasa dan sastra indonesia,Universitas Islam Sultan agung semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kritik Sastra Feminisme terhadap Karya Sastra Indonesia

25 Agustus 2022   14:35 Diperbarui: 25 Agustus 2022   14:43 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Feminisme memperjuangkan dua hal yang umumnya tidak dimiliki wanita, kesetaraan mereka dengan pria dan otonomi untuk memutuskan apa yang baik bagi mereka. Begitu pula dengan para kritikus yang mengangkat tema perempuan, yang mencoba mendobrak tradisi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif melalui interpretasi analisis teks yang terdapat dalam novel Siti Nurbaya. 

Mulailah dengan pengumpulan data kata-kata, kalimat tertulis atau lisan yang terkait dengan tokoh-tokoh pro-feminis dan anti-feminis. Hal ini digunakan untuk mengetahui tokoh mana yang setuju dengan keberadaan feminisme dan tokoh mana yang tidak, dan rangkaian peristiwa ini memunculkan semangat eksistensialisme feminis. Dari analisis di atas, antifeminisme tidak hanya memiliki citra laki-laki, tetapi juga citra perempuan. 

Dalam novel Siti Nurbaya, tokoh yang pro-feminis kebanyakan laki-laki dibandingkan dengan tokoh perempuan yang menerima perempuan sebagai dirinya sendiri.  Dari  beberapa analisis eksistensialisme tokoh dalam novel siti nurbaya,  memiliki kesadaran yang sangat tinggi akan keberadaan para wanita. 

Siti Nurbaya adalah wanita yang selalu menjadi subjek bagi orang-orang di sekitarnya dan berhasil menjadi wanita yang tidak bisa bebas untuk menjadi dirinya seutuhnya. Kata kunci: feminisme, antifeminisme, eksistensialisme.

PENDAHULUAN

 Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam kedirian mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sebagai sebuah bentuk seni, sastra lahir dari kehidupan dengan nilai-nilai, dan di sisi lain, sastra juga berkontribusi pada sistem nilai. Alasannya karena setiap kreasi seni yang tulus tentunya mengandung keterikatan yang kuat dengan kehidupan, karena orang yang lahir dalam kreasi seni itu adalah bagian dari kehidupan itu sendiri. 

Karya tersebut, bagaimanapun, memiliki keberadaan unik yang membedakannya dari fakta manusia lainnya, seperti sistem sosial dan ekonomi, dan menyelaraskannya dengan sistem seni rupa, seni suara, dan sebagainya.

Menurut Miller (2011: 12), sastra adalah penggunaan secara khusus kata-kata atau tanda-tanda yang ada dalam beberapa bentuk kebudayaan manusia di manapun, dan di masa apapun. 

Kritik sastra feminisme berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis-penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis-penulis pria yang menampilkan wanita sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi patriarkal yang dominan (Djajanegara, 2000: 27). Kedua hasrat tersebut menimbulkan berbagai ragam cara mengkritik yang kadang-kadang berpadu. 

Misalnya, dalam meneliti citra wanita dalam karya sastra penulis wanita, perhatian dipusatkan pada caracara yang mengungkapkan tekanan-tekanan yang diderita tokoh wanita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun