Mohon tunggu...
luthfi mutaali
luthfi mutaali Mohon Tunggu... pembelajar/dosen/peneliti/konsultan

saya meminati bidang pembangunan wilayah, tata ruang, ekonomi regional dan perencanaan lingkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

SUPPLY CHAIN GEOGRAPHY dan PENURUNAN BIAYA LOGISTIK DI INDONESIA

21 September 2025   18:45 Diperbarui: 22 September 2025   05:00 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.researchgate.net/publication/394191899_Pustaka_Geografi_TEORI_DAN_KONSEP_GEOGRAFI_DALAM_SUPPLY_CHAIN_MANAGEMENT

Tulisan 1. Buku tersebut bisa didownload bebas (free download) di link https://www.researchgate.net/publication/394191899_Pustaka_Geografi_TEORI_DAN_KONSEP_GEOGRAFI_DALAM_SUPPLY_CHAIN_MANAGEMENT

Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menghadapi tantangan struktural yang signifikan dalam efisiensi rantai pasoknya, yang tercermin dari tingginya biaya logistik nasional. Data menunjukkan bahwa biaya logistik Indonesia mencapai 23-24% dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh melampaui rata-rata negara-negara ASEAN yang berkisar di angka 13% (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, 2020). Fenomena ini tidak hanya menggerogoti daya saing produk Indonesia di pasar global, tetapi juga menekan efisiensi industri dalam negeri, seperti yang disoroti dalam berbagai pemberitaan ekonomi terkini (RCTI+, 2023). Sebagai seorang akademisi yang sedang belajar supply chain management dengan penekanan pada sistem rantai pasar dan seorang geograf yang memiliki perhatian pada supply chain geography, saya meyakini bahwa pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip supply chain geography adalah kunci fundamental untuk mengatasi masalah kronis ini dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang lebih inklusif.

Supply chain geography, sebagai sebuah disiplin studi, menganalisis bagaimana faktor-faktor geografis---mulai dari lokasi geografis produsen, konsumen, sumber daya alam, infrastruktur transportasi, hingga karakteristik wilayah---memengaruhi aliran barang, informasi, dan finansial dalam sebuah rantai pasok (Woodburn & McCormack, 2007). Dalam konteks Indonesia, bentang alam kepulauan yang luas dengan ribuan pulau menciptakan tantangan spasial yang inheren. Jarak yang jauh antara pusat produksi (misalnya, sentra pertanian di Jawa atau perkebunan di Sumatera) dan pusat konsumsi (kota-kota besar di Jawa atau pasar ekspor) memerlukan sistem transportasi yang efisien dan terintegrasi. Tingginya biaya logistik yang kita alami saat ini sebagian besar disebabkan oleh inefisiensi dalam mengelola dimensi geografis ini. Ini mencakup keterbatasan infrastruktur transportasi antar pulau, biaya pengiriman yang mahal karena harus melalui berbagai moda transportasi yang tidak terhubung dengan baik, serta waktu tempuh yang lama yang berpotensi meningkatkan kerusakan dan kehilangan barang (Kementerian Perdagangan, 2021).

Dari perspektif ekonomi, tingginya biaya logistik memiliki dampak berganda yang merugikan. Pertama, biaya yang tinggi ini secara langsung meningkatkan harga pokok produksi bagi para pelaku industri. Hal ini membuat produk-produk Indonesia menjadi kurang kompetitif dibandingkan produk dari negara lain yang memiliki biaya logistik lebih rendah. Sebagai contoh, biaya pengiriman bahan baku dari satu pulau ke pulau lain untuk diproses, kemudian didistribusikan ke pasar domestik atau diekspor, akan menambah beban biaya yang signifikan. Akibatnya, margin keuntungan produsen terkikis, dan pada akhirnya, harga barang bagi konsumen menjadi lebih mahal, yang dapat memicu inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat (BPS, 2022). Kedua, inefisiensi logistik juga menghambat perkembangan industri manufaktur dan pengolahan di daerah-daerah terpencil atau yang jauh dari pusat pasar. Tanpa akses logistik yang memadai, para investor akan enggan berinvestasi di wilayah tersebut, memperlebar kesenjangan pembangunan ekonomi antar wilayah.

Lebih jauh lagi, jika kita melihat dari sudut pandang supply chain geography, masalah biaya logistik di Indonesia tidak hanya terbatas pada aspek transportasi fisik, tetapi juga mencakup jaringan dan konektivitas. Struktur jaringan logistik yang terfragmentasi dan kurang terintegrasi antar moda transportasi (darat, laut, udara) serta antar wilayah geografis menjadi akar permasalahan. Misalnya, pelabuhan utama yang tidak terhubung dengan baik ke jaringan jalan tol atau kereta api, atau ketiadaan fasilitas transshipment yang memadai, akan menyebabkan penundaan dan biaya tambahan yang besar. Ini serupa dengan konsep network efficiency dalam geografi transportasi, di mana efisiensi aliran barang sangat bergantung pada kualitas dan konektivitas infrastruktur jaringan (Haggett, 1965). Dalam konteks Indonesia, supply chain geography menekankan pentingnya optimasi penempatan fasilitas logistik (gudang, pusat distribusi), pemilihan moda transportasi yang paling efisien berdasarkan jarak dan volume, serta pengembangan infrastruktur yang mampu menghubungkan berbagai titik geografis secara mulus.

Implikasi dari tingginya biaya logistik ini terasa langsung oleh produsen dan konsumen. Bagi produsen, biaya operasional yang membengkak dapat mengurangi profitabilitas, memaksa mereka untuk mencari cara memangkas biaya di area lain, yang seringkali berujung pada penurunan kualitas produk atau upah pekerja. Hal ini juga dapat menghambat inovasi dan ekspansi bisnis karena sumber daya yang seharusnya dialokasikan untuk riset dan pengembangan terpakai untuk menutupi inefisiensi logistik. Di sisi konsumen, mereka harus menanggung harga yang lebih tinggi untuk barang-barang kebutuhan pokok maupun barang konsumsi lainnya. Kesenjangan harga antara pulau yang memproduksi suatu barang dan pulau yang mengonsumsinya menjadi sangat lebar, menciptakan ketidakadilan ekonomi dan sosial. Sebagai contoh, harga beras di Papua bisa jauh lebih mahal dibandingkan di Jawa, bukan semata-mata karena biaya produksi, tetapi lebih dominan karena biaya distribusinya (The Habibie Center, 2018).

Memahami supply chain geography juga berarti kita harus melihat bagaimana distribusi spasial aktivitas ekonomi dan demografi memengaruhi desain rantai pasok. Indonesia memiliki pola aglomerasi industri yang terkonsentrasi di Jawa, sementara sumber daya alam dan potensi produksi pertanian tersebar di berbagai pulau. Kesenjangan geografis ini memerlukan strategi logistik yang berbeda dan lebih canggih. Misalnya, untuk menghubungkan sentra produksi pertanian di luar Jawa ke pasar domestik yang besar, dibutuhkan sistem logistik yang efisien menggunakan kapal tol laut dan jaringan distribusi yang terintegrasi di darat. Studi supply chain geography dapat membantu mengidentifikasi bottleneck geografis dalam jaringan tersebut dan memberikan rekomendasi untuk perbaikannya, termasuk penempatan pusat distribusi yang strategis untuk melayani wilayah-wilayah yang sebelumnya terisolasi.

Dalam upaya penurunan biaya logistik, penerapan prinsip-prinsip supply chain geography dapat diwujudkan melalui beberapa kebijakan strategis. Pertama, adalah investasi masif dalam infrastruktur konektivitas antar pulau, termasuk pelabuhan laut dalam yang efisien, peningkatan kapasitas angkutan laut, dan pengembangan jaringan transportasi darat yang terintegrasi dengan pelabuhan. Konsep hub-and-spoke dalam distribusi barang dapat dioptimalkan dengan membangun pusat-pusat logistik terpadu di titik-titik strategis di berbagai wilayah kepulauan. Kedua, digitalisasi dan integrasi sistem informasi logistik menjadi krusial. Dengan memanfaatkan teknologi Information and Communication Technology (ICT) dan Geographic Information System (GIS), kita dapat memetakan seluruh jaringan logistik secara real-time, mengoptimalkan rute pengiriman, memprediksi permintaan, dan meminimalkan waktu tunggu di setiap titik dalam rantai pasok. Ini akan menciptakan transparansi dan efisiensi yang lebih besar, serta memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik oleh para pelaku logistik dan pemerintah.

Ketiga, perlu adanya pengembangan kebijakan zonasi industri dan tata ruang yang mempertimbangkan aspek logistik. Penempatan pabrik atau pusat produksi di lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku dan akses transportasi yang baik akan secara inheren mengurangi biaya logistik. Selain itu, kebijakan insentif fiskal atau non-fiskal dapat diberikan kepada perusahaan yang memilih berinvestasi di daerah-daerah yang secara geografis kurang menguntungkan namun memiliki potensi ekonomi jika didukung oleh infrastruktur logistik yang memadai. Keempat, harmonisasi regulasi dan standar operasional prosedur (SOP) di seluruh pelabuhan dan titik perbatasan logistik sangat penting untuk mempercepat proses kepabeanan, karantina, dan inspeksi, yang seringkali menjadi sumber penundaan dan biaya tambahan yang tidak perlu. Dengan mengadopsi pendekatan supply chain geography, kita dapat memetakan dan mengatasi hambatan-hambatan spasial ini secara sistematis.

Sebagai kesimpulan, penurunan biaya logistik di Indonesia bukan hanya masalah teknis operasional atau sekadar peningkatan armada transportasi, melainkan memerlukan pemahaman mendalam tentang bagaimana geografi memengaruhi seluruh rantai pasok. Dengan belajar dan mengaplikasikan prinsip-prinsip supply chain geography, kita dapat merancang sistem rantai pasok yang lebih efisien, terintegrasi, dan responsif terhadap karakteristik geografis Indonesia. Fokus pada konektivitas infrastruktur, digitalisasi, perencanaan tata ruang yang cerdas, dan harmonisasi regulasi adalah langkah-langkah krusial yang harus diambil. Kebijakan yang diusulkan adalah pengembangan masterplan logistik nasional yang berbasis geografi, mengidentifikasi koridor-koridor logistik utama, dan mengoptimalkan penempatan fasilitas logistik serta moda transportasi di seluruh nusantara. Langkah ini akan menjadi fondasi penting untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia, menurunkan harga barang bagi konsumen, mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan pada akhirnya, mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh penjuru negeri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun