Mohon tunggu...
Luthfiasnd
Luthfiasnd Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

💜🎓💜

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan Kuliah di UIN Jakarta

23 Juni 2021   12:48 Diperbarui: 23 Juni 2021   13:04 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Assalamualaikum wr.wb

Haloo ! Bagaimana Kabar Kalian semua ?

Kali ini aku mau berbagi cerita dengan kalian tentang perjalanan kuliah di UIN Jakarta.

Sebelumnya kenalin , namaku Luthfia Dina Sitiantika. Aku biasa dipanggil Luthfia, Upi, ataupun Dina. Aku dilahirkan di Pacitan, 30 Agustus 2002. Latar belakang keluargaku mungkin bisa dibilang agamis. Sedari kecil hingga SMA  terkecuali ketika SD, aku menempuh pendidikan di sekolah berbasis islam. Seperti halnya ketika SMA . aku menempuh pendidikan SMA di MAN 8 Jakarta. Jaraknya lumayan jauh dari rumahku , sekitar 35 menit perjalanan dengan sepeda motor. Tapi aku sudah terbiasa, sebab sedari MTs pun aku juga menempuh jarak yang kurang lebih sama.

Bagaimana persiapan kuliah ? 

Kelas 10, hanya sekilas terlintas di pola pikirku mengenai kuliah. Namun kemudian BK sekolahku telah mengajarkan banyak hal mengenai kuliah itu seperti apa ? bagaimana masuknya ? apa yang harus kita lakukan, dll. Guru sangat membantu kami semua saat itu, memang benar bagaimana dunia kuliah itu memang sudah harus dikenalkan sejak kelas 10 supaya kita dapat mengetahui bagaimana persiapan kita nanti.

Dari awal kelas 11 aku sudah berpikir bahwa aku akan kuliah dengan jurusan yang sejalur dengan semasa di SMA. Bahkan jauh jauh hari aku sudah mengikuti berbagai macam kelas tambahan. Aku juga mengikuti berbagai macam kegiatan diluar akademis yang mungkin untuk bisa membantuku di seleksi PTN. Seperti menjadi Anggota Osis, Paskibra, Panitia Event,dll.

Tiba masanya ketika kelas 12, entah kenapa akhir akhir masa ini semakin membuatku gundah. Jujur aku menjadi bingung harus melanjutkan kuliah kemana dan jurusan apa. Aku takut, sangat sangat takut. Berpikir mungkinkah aku tidak lolos ? lalu kemudian aku harus bagaimana?. Aku melihat semua teman temanku semakin bekerja keras untuk impian PTN mereka. Berlomba lomba untuk menjadi yang terbaik. Aku telah melepas semua organisasi yang aku ikuti untuk fous belajar masuk Universitas.

Ketika semasa pendaftaran SNMPTN sudah dibuka, semua siswa sudah pasti sangat mengharapkan untuk bisa masuk dan lolos di jalur ini. Tetapi aturan adalah aturan, dari sekian bayaknya siswa tak semuanya bisa mengikuti seleksinya. Dengan diurutkan berdasarkan peringkat angkatan , meskipun sekolahku berakreditasi A tetap hanya 1/3 dari jumlah seluruh siswa kelas 12 yang bisa mengikuti seleksinya , itupun sudah termasuk jurusan IPA dan IPS.  Begitu pengumuman seleksi pertama itu aku senang ! aku berhak dan bisa mengikuti proses SNMPTN, bahkan aku sudah berekspetasi tinggi bahwa aku bisa keterima lewat jalur ini. Sayang seribu sayang, ternyata Allah berkehendak lain. Meskipun aku sudah berkonsultasi dengan tempat Bimbel ku , bahkan menurut mereka peluang masukku lewat jalur itu sudah lumayan, karna selain didukung dengan sertifikat banyak juga alumni disana tetap saja pada kenyataanya saat pengumuman tahap akhir aku tidak lolos. Aku menerima hal tersebut dengan lapang dada, karena katanya SNMPTN itu memang untung untungan, siswa di sekolahku pun yang keterima juga hanya beberapa orang.

Disisi lain , aku juga mengikuti pendaftaran SPAN-PTKIN. Entah kenapa di prose seleksi ini aku justru memilih jurusan yang bersebrangan dengan jurusanku saat ini. Tapi, tak ada salahnya untuk mencoba. Selang beberapa hari dan minggu , bahkan aku mungkin tak terlalu memikirkan hasil SPAN -- PTKIN itu. Saat hari pengumuman tiba, aku membuka URL pengumuman dengan santai, dan ternyata aku juga tidak lolos. Tapi saat itu aku merasa seperti tidak adil, aku berpikir bahwa teman temanku yang bisa dibilang kualitas nilainya lebih rendah dariku lolos tahap ini, atau mungkin juga lolos di seleksi SNMPTN. Kebanyakan dari mereka bahkan tidak mengambil dan mengabaikan setelah dinyatakan lulus.

Selang beberapa hari dan minggu. Awalnya aku tidak tertarik untuk mengikuti seleksi SNMPN. Sebab sebelumnya aku juga mencoba seleksi pendaftraran Poltekkes dan juga telah membayar semua di jurusan yang aku pilih.  Tapi orangtuaku bilang udah kamu ikut aja dulu dicoba lagi aja, guru BK ku pun juga mengatakan hal yang sama. Hari pengumuman pun tiba... dan aku kembali tidak lolos baik seleksi Poltekkes maupun SNMPN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun