Mohon tunggu...
Luthfia Anisa
Luthfia Anisa Mohon Tunggu... Lainnya - Luthfia Anisa' - mahasiswa - jurusan psikologi

being a human

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self Diagnose

28 September 2021   08:44 Diperbarui: 28 September 2021   08:50 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

'Gejala-gejala skizofernia'

'Apa itu bipolar?'

'Apa itu OCD? Apakah kalian termasuk OCD?'

Tentunya kalian sudah tidak asing dengan judul konten youtube diatas bukan? mungkin sebagian dari kalian pernah menonton konten-konten dengan judul yang serupa atau kalian belum pernah menonton? Konten tersebut adalah konten edukasi yang menjelaskan pengertian dan gejala-gejala seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Konten tersebut dibuat untuk mengedukasi masyarakat, namun ada beberapa orang yang  salah kaprah mengartikan dan akhirnya mendiagnosis diri sendiri atau lebih dikenal dengan 'self diagnose'

Self diagnose sendiri adalah kegiatan mengukur, menilai, menganalisis penyakit, baik fisik maupun mental berdasarkan informasi yang ada di internet atau sosial media secara mandiri tanpa ada bantuan dari ahlinya. Namun di artikel kali ini akan membahas self diagnose terhadap kesehatan mental. Kegiatan self diganose sering dilakukan oleh banyak orang terlebih lagi sesorang yang mengalami banyak masalah dan merasa ada yang berbeda dengan keadaan tubuh mereka baik jasmani maupun rohani, biasanya orang yang melakukan self diagnose mencari informasi lewat platform-platform sosial media seperti google, youtube, twitter dan masih banyak lagi.

Kemungkinan lain seseorang  melalukan self diagnose karena rasa ingin tahu saja yang berujung mendiagnosis diri sendiri. Self diagnose ini kerap dilakukan oleh orang-orang yang sedang mengalami fase sulit dalam hidupnya atau merasa mengalami gejala-gejala depresi namun tidak tahu bagiamana mengatasi itu, kurangnya tenaga kesehatan mental menjadi salah satu alasan utama, bahkan sampai sekarang di pusat kesehatan masyarakat yang berada jauh di kota tidak menyediakan poli untuk kesehatan mental, pada akhirnya mereka mencari jalan pintas untuk mengatasi masalah itu dengan membaca atau menonton tulisan atau konten lewat sosial media.

Lalu apakah konten tersebut tidak boleh ditonton?

Jawabannya adalah boleh boleh saja, tergantung bagiamana seseorang mengolah informasi dari konten tersebut. Jika dirasa kalian mengalami gejala yang disebutkan di konten tersebut, jangan terburu-buru mendignosis diri sendiri segeralah datang ke klinik kesehatan terdekat. 

Karena jika terlalu sering melakukan self diganosis akan memperparah kondisi melebihi kondisi sebelumnya, dikarenakan kejiwaan dapat berkembang akibat sering khawatir  dan berlanjut memperparah keadaan. Dampaknya jika seseorang yang sehat dari penyakit kejiwaan dapat mengalami mental illnes jika terlalu melebih-lebihkan perasaan khawatir.

Jika kalian adalah seseorang penikmat konten edukasi tentang masalah kesehatan mental tidak perlu takut lagi menonton konten tersebut, namun lebih berhati hati dalam mengolah informasi dan tidak perlu mendiagnosis diri sendiri.

Jika sudah terlanjur, apakah ada solusinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun