Mohon tunggu...
Luthfan Haqi
Luthfan Haqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Pemilik akun saat ini tengah menempuh pendidikan S-1 dalam program studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jatuh Bangun Imperium Kolonial Jerman di Pasifik

30 Juli 2021   11:04 Diperbarui: 30 Juli 2021   12:49 1158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta koloni dan protektorat Jerman di Samudra Pasifik (Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:German_Pacific.svg)

Ambisi Kolonial Jerman di Pasifik 

Layaknya negara-negara Eropa pada masanya, Kekaisaran Jerman yang berdiri pada 18 Januari 1871 tak mau ketinggalan dalam memiliki koloni di seberang lautan. Meski sangat terlambat, Kekaisaran Jerman berhasil mendapatkan sejumlah teritori untuk dijadikan koloni. Selain tiga koloni besar di Afrika (Afrika Barat, Barat Daya, dan Afrika Timur), Kekaisaran Jerman juga memiliki protektorat dan koloni di Samudra Pasifik, yakni Nugini Jerman dan Samoa Jerman.

Dalam Pacific Islanders Under German Rule: A Study in the Meaning of Colonial Resistance (2016), seperti imperium kolonial Eropa lainnya, keterlibatan Jerman di Samoa dan Papua Nugini bermula dari perdagangan. Pada tahun 1855, August Unshelm, seorang agen dari J. C. Godeffroy dan Sohn, perusahaan asal Hamburg, mendirikan pos dagang di Apia, Samoa. Sebelumnya, perusahaan milik pebisnis Johann Cesar Godeffroy ini telah mengirimkan agen-agennya hingga Fiji untuk mendirikan perkebunan kapas. Tak berselang lama, kapal-kapal perusahaan mulai terlibat secara ekstensif dalam perdagangan minyak kelapa. Pada tahun 1864, sebanyak 46 pos dagang telah didirikan hingga Kepulauan Marshall dan Karolina.

Pada tahun 1865, Theodor Weber, penerus Unshelm, mendirikan perkebunan besar di Samoa. Ekspansi bisnis juga merambah ke Papua Nugini dengan didirikannya pos dagang di Matupit, Papua Nugini, pada tahun 1874. Jaringan perdagangan ini terbukti sangat menguntungkan. Kapal perang Jerman juga sering dikirim ke Pasifik untuk melindungi kepentingan para pedagang Jerman. Pada tahun 1879, ekspor Jerman dari pos-pos dagangnya di Pasifik mencapai jumlah enam juta marks.

Periode ini bersamaan dengan berkembangnya ambisi kolonial Jerman. Kanselir von Bismarck, mulanya tak tertarik dengan upaya kolonisasi, menggagas Konferensi Berlin tahun 1884 yang mengawali kolonisasi besar-besaran di Afrika. Di Pasifik, perusahaan Godeffroy mengalami kebangkrutan pada 1879. Sebagai gantinya, didirikan Deutsche Handels- und Plantagen-Gesellschaft der Sdsee-Inseln zu Hamburg (DHPG), sebuah perusahaan yang dibiayai pemerintah dan investor swasta. Kekhawatiran mulai muncul kala Inggris memutuskan untuk menganeksasi bagian selatan Papua Nugini. Muncul desakan kepada pemerintah Jerman agar segera melakukan aneksasi terhadap bagian utara Papua Nugini, Samoa, dan kepulauan sekitarnya demi melindungi kepentingan dagang dalam negeri.

Bak gayung bersambut, Bismarck menyetujui aneksasi bagian utara Papua Nugini sebagai proktektorat Jerman pada bulan November 1884, disusul dengan Kepulauan Marshall pada tahun 1885. Meski begitu, sang kanselir besi sebenarnya enggan terlibat terlalu jauh dalam administrasi wilayah baru ini. Sebagai gantinya, dibentuklah perusahaan yang diberikan hak eksklusif  untuk mengelola koloni. Nugini Jerman (German New Guinea Company), yang didirikan oleh banker Adolph von Hansemann, diberikan izin mengelola wilayah Nugini pada 17 Mei 1885. Bagian daratan Papua Nugini kemudian diberi nama Kaiser Wilhelmsland (diambil dari nama Kaisar Wilhelm I). Dua pulau terbesar lepas pantai Papua Nugini diberi nama Neupommern (New Pommern) dan Neumecklenburg (New Mecklenburg). Kedua pulau merupakan bagian dari Kepulauan Bismarck, nama baru bagi gugusan kepulauan lepas pantai Kaiser Wilhelmsland.

Dalam Germany's Lost Pacific Empire (1920), Kepulauan Marshall dianeksasi pada bulan Oktober 1885 oleh perusahaan Jaluit-Gesellschaft. Bersamaan dengan berakhirnya Perang Spanyol-Amerika tahun 1898, Jerman membeli Kepulauan Karolina, Mariana, dan Palau dari Spanyol yang bangkrut dan kehilangan imperium kolonialnya. Transfer teritori ini disahkan melalui Perjanjian Jerman-Spanyol 1899 dengan harga sebesar 25 juta peseta/17 juta marks. Semua daerah ini secara administratif menjadi bagian dari Nugini Jerman.

Kepulauan Samoa, melalui konferensi antara Amerika Serikat, Inggris Raya, dan Kekaisaran Jerman, dibagi menjadi Samoa Jerman dan Samoa Amerika. Pulau-pulau di barat Samoa, yakni Upolu, Savaii, Apolima, dan Manono resmi menjadi bagian Samoa Jerman. Inggris melepaskan klaimnya atas Samoa dan sebagai gantinya, mendapatkan konsesi di Tonga dari Jerman. Sementara itu, pulau di timur menjadi Samoa Amerika.

Pemerintahan Kolonial Jerman

Masih dalam Pacific Islanders Under German Rule: A Study in the Meaning of Colonial Resistance (2016), layaknya VOC, Perusahaan Nugini Jerman diberkan hak eksklusif mengelola administrasi internal koloni, memungut pajak, dan melakukan ekspansi. Perusahaan sempat mengalami jatuh bangun akibat konflik kepentingan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Tahun 1895-96, negosiasi dengan pemerintah Jerman mulai digelar guna membicarakan transfer permanen atas Nugini Jerman. Barulah pada tahun 1899, kesepakatan tercapai di antara keduanya. Saat itu, kerugian perusahaan mencapai sembilan juta marks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun