Mohon tunggu...
Mohammad Lutfi
Mohammad Lutfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tenaga pengajar dan penjual kopi

Saya sebenarnya tukang penjual kopi yang lebih senang mengaduk ketimbang merangkai kata. Menulis adalah keisengan mengisi waktu luang di sela-sela antara kopi dan pelanggan. Entah kopi atau tulisan yang disenangi pelanggan itu tergantung selera, tapi jangan lupa tinggalkan komentar agar kopi dan tulisan tersaji lebih nikmat. Catatannya, jika nikmat tidak usah beri tahu saya tapi sebarkan. Jika kurang beri tahu saya kurangnya dan jangan disebarkan. Salam kopi joss

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaksimalkan Peran Ayah dalam Membantu Anak Belajar di Rumah

19 September 2020   12:02 Diperbarui: 19 September 2020   12:05 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ayah mengajari anak | Sumber: shutterstock via kompas.com

Pepatah lama menyebutkan "buah jatuh takkan jauh dari pohonnya." Artinya, anak adalah gambaran orangtua. Ya, walaupun tidak semuanya sama persis seperti hasil salin tempel. Kesamaan itu bisa saja dari faktor kepribadian misalnya pekerja keras, mandiri, malas, atau yang sifat lainnya. Dari segi fisik misalnya bentuk wajah, hidung, mata dan beberapa bagian tubuh lain yang memiliki kesamaan dengan orangtua.

Meski begitu, dalam hal pendidikan dan pencapaian, orangtua tidak serta merta menginginkan anaknya sama persis dengan orangtuanya. Pada umumnya, orangtua menginginkan anaknya lebih sukses dari orangtuanya. Makanya, sering kali orangtua mengharapkan anaknya agar melebihi pencapaian orangtua. Misalnya "Semoga nasibmu tidak sama denganku, Nak!" atau "Semoga nanti kamu menjadi anak yang membanggakan orangtua". Begitulah harapan yang sering diucapkan.

Menjawab keinginan tersebut, apa syarat utamanya? Jawabannya adalah pendidikan. Pendidikan menjadi pilihan utama sebagai transportasi menuju gerbang perubahan yang lebih baik. Tidak mungkin seorang anak akan menjadi lebih baik tanpa membuka gerbang tersebut dan kemudian memasukinya.

Gerbang pendidikan pertama dan utama dalam hal ini adalah keluarga. Keluarga merupakan investor pertama dan utama bagi anak dalam bidang pendidikan. Pendidikan karakter, agama, sosial dan pengetahuan umum lainnya, pertama-tama diajarkan dalam lingkungan keluarga.

Dari situlah  peran orangtua, yaitu ayah dan ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Kedua orangtua, dalam kehidupan keluarga memiliki peran komplek. Mereka adalah produser, sutradara, sekaligus aktor dalam pendidikan anak dalam lingkungan keluarga.

Oleh karena itu, dalam menjalankan peran, orangtua harus menciptakan lingkungan rumah tangga yang, kondusif, aman dan nyaman bagi anak, sehingga anggapan "rumahku surgaku" benar adanya. Jika sudah demikian, anak akan merasa senang, betah di rumah dan memiliki semangat belajar yang tinggi.

Syarat berikutnya yang harus dipenuhi dalam mendidik anak adalah kekompakan orangtua. Orangtua yang kompak akan saling bekerja sama untuk kemajuan belajar anak. Namun, jika orangtua tidak kompak dan justru sering meributkan peran, maka akan berdampak pada kemampuan dan semangat belajar anak.

Orangtua, baik ayah maupun ibu harus memiliki visi yang sama dalam mendidik anak. Perannya pun begitu, harus saling melengkapi. Peran dalam keluarga tidak bisa dibebankan hanya pada satu orang, misalnya hanya pada ibu saja seperti kebanyakan terjadi atau pada ayah saja.

Melihat banyak kasus bahwa ibu lebih berperan ketimbang ayah, sungguh menjadi ironi. Lebih ironi lagi jika si ibu sampai stres karena pembagian peran dalam mengasuh dan mendidik anak  yang kurang jelas dalam keluarga. Puncaknya adalah kasus kekerasan terhadap anak dalam keluarga pun terjadi, bahkan berujung pada kematian seperti yang terjadi belakangan ini.

Peran ayah sebenarnya sangatlah penting untuk pendidikan anak dalam keluarga. Lantas apa sajakah peran ayah dalam pendidikan anak di rumah? Berikut uraian singkat yang dapat diambil hikmahnya.

Ayah sebagai pemimpin. Sebuah kapal yang akan berlayar mengarungi samudra, tentu membutuhkan nahkoda yang mahir membaca medan, berani menerjang badai dan sanggup membawa anak buahnya bersandar di pelabuhan dengan selamat. Keselamatan ABK yang menjadi tanggung jawabnya, menuntut seorang nahkoda untuk terus belajar dalam mengarungi samudra, memahami ABK dan bersabar dalam setiap permasalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun