Mohon tunggu...
Lutfi Syarqawi
Lutfi Syarqawi Mohon Tunggu... -

Pemerhati Sosial-Politik

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Cak Imin dan Peluang Wapres 2019

6 November 2017   14:36 Diperbarui: 6 November 2017   15:05 1888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada hari Senin 30 Oktober 2017, sekumpulan anak muda mendeklarasikan diri dengan nama Jangkar Cak Imin (Jaringan Akar Rumput Muhaimin Iskandar). Jangkar Cak Imin ini memiliki misi mengusung ketua PKB Muhaimin Iskandar sebagai wakil presiden 2019. Sebelumnya, sekelompok anak muda yang bernama Pro One juga mendeklarasikan mendukung Cak Imin dan Agus Yudhoyono sebagai calon presiden dan wakil presiden pada pemilu 2019.

Keduanya mengklaim tidak terikat dengan parpol manapun dan hanya merupakan bentuk kegelisahan dan kerinduan kaum muda akan sosok pemimpin yang masih muda, bersih serta memilki integritas dan loyalitas yang tinggi terhadap nusa dan bangsa. Kerinduan akan hadirnya sosok pemimpin yang baru dan masih muda merupakan usaha/iktiyar sekelompok anak muda yang merasa prihatin terhadap kondisi bangsa yang tidak jelas arah pembangunanya ini.

Nasib bangsa sejatinya memang terletak di punggung generasi muda. Mereka inilah yang akan mampu menjawab laju tantangan zaman ke depan. Generasi tua bukan saatnya lagi memimpin karena mereka cenderung pragmatis dalam memikirkan dan mengelola negara yang besar ini. Ditambah generasi pensiun yang tentu saja hanya berfikir bagaimana dirinya bisa bertahan hidup tanpa bisa diharapkan lagi sumbangsihnya terhadap negara.

Dengan adanya anak-anak muda yang penuh semangat seperti yang tergabung dalam Jangkar Cak Imin dan lainnya diharapkan nasib bangsa ke depan akan semakin baik dan maju. Semangat mencipta dan membangun bangsa tidak dapat lagi diharapkan dan diserahkan ke punggung orang tua yang sudah renta dan pensiun.

Gagasan yang mereka usung untuk menampilkan tokoh muda seperti Cak Imin dalam panggung politik Indonesia merupakan langkah yang sangat tepat. Hal ini karena dua alasan mendasar;

Pertama, generasi tua yang ada di pemerintahan saat ini cenderung jumud dan pragmatis serta tidak memiliki visi ke depan yang lebih baik. Roda pemerintahan cenderung lambat bahkan APBN nya sangat bergantung pada hutang luar negeri tanpa ada upaya serius menguatkan ekonomi dalam negeri. Mereka terlalu asyik dengan kedudukannya saat ini sehingga melupakan nasib bangsa ke depan.

Kedua. Sosok muda merupakan alternative dalam menyelesaikan nasib bangsa yang kompleks dan sedang oleng ini. Sejarah bangsa ini mencatat bahwa lahirnya bangsa ini karena pelopor kaum mudanya. Tanpa mereka tentu bangsa ini masih tenggelam dalam masa kegelepannya. Kaum mudalah yang mampu mendobrak kejumudan dan membangkitkan semangat perlawanan terhadap segala bentuk penindasan. karena Jiwa muda adalah jiwa penuh semangat, pantang mundur, tahan banting dan tentunya memiliki visi kemajuan dan kesejahteraan. Dan Cak Imin adalah tokoh muda yang memiliki modal tersebut untuk menyelesaikan persoalan bangsa yang kompleks ini.

Cak Imin sebagai sosok muda yang sudah matang dalam politik dan pemerintahan sangatlah layak di usung untuk diminta kotribusinya dalam pemerintahan mendatang. Pengalamannya sebagai aktivis mahasiswa, wartawan, wakil ketua parlemen dua periode serta sebagai mantan menteri sudah cukup menjadi bukti kematangan dan kemampuan beliau dalam mengelola negara dan masyarakat.

Di samping itu, perannya dalam membangun dialog antar agama, mendamaikan konflik di pemerintahan maupun di masyarakat serta kecintaanya terhadap NKRI, menunjukkan sosoknya yang nasionalis sejati. Di tambah latar belakang keluarga dan pendidikan pesantren (beliau cucu K.H. Bisri Syansuri, Pendiri Ponpes Denanyar, Jombang), menjadikan sosok Cak Imin religus. Cak Imin juga menjadi inisiator dari gerakan nasional Nusantara Mengaji yang menitik beratkan anjuran kepada masyarakat Indonesia untuk selalu mengaji dan berpegang pada kitab sucinya. Artinya, melihat latar belakang pendidikannya serta peran pentingnya dalam masyarakat dan negara, maka peluang beliau untuk di usung menjadi Cawapres 2019 sangat mungkin dilakukan.

Sebagai seorang anak kyai besar, kecil kemungkinan bagi beliau akan menodai nama orang tua bahkan trahnya yang masih ada hubungannya denga pendiri NU dan melakukan hal-hal yang di larang oleh agama. Bekal pesantrennya selama kurang lebih 6 tahun serta aktivitas sosial-politiknya selama kurang lebih 20 tahun menjadikan Cak Imin tokoh yang sangat matang dan penuh integritas. Hal ini terbukti bahwa partai yang dipimpinnya masuk dalam kategori partai terbersih dari korupsi  tahun 2014 sampai 2017 menurut langsiran riset detiknews.com pada tanggal 1 Oktober 2017.

Memang tidak ada gading yang tak retak, selama karir politiknya hal yang paling menodai kiprahnya adalah perseteruannya denga Gus Gur, pamannya sendiri. Namun, bagi banyak orang yang tidak paham tentang tradisi ke NU an apa yang terjadi antara Cak Imin dan  Gus Dur merupakan hal yang memalukan. Padahal kalau ditelusuri lebih dalam apa yang terjadi di antara keduanya hanya konflik yang tampak dipermukaan, namun dalam kesehariannya, keduanya sering bertemu di rumah Gus Dur untuk membahas berbagai beragam hal yang berkaitan dengan nasib bangsa. Inilah "konflik" khas NU, di luar tampak bermusuhan tapi di dalamnya/setelahnya justru saling berangkulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun