Mohon tunggu...
Ananda Luriana
Ananda Luriana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Musik Dangdut sebagai Sarana Komunikasi Politik

16 Desember 2018   19:46 Diperbarui: 16 Desember 2018   19:53 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Seperti yang kita ketahui bahwa pada bulan April tahun 2019 mendatang merupakan tahun politik karena akan diadakannya pemilu Presiden serta DPRD yang dilakukan secara serentak se-Indonesia. Beberapa bulan ke belakang ini pun kampanye-kampanye politik mulai bermunculan mulai dari kampanye yang  biasa sampai kampanye yang tidak biasa seperti kampanye melalui musik dangdut.

Kampanye melalui musik dangdut sebenarnya telah dilakukan oleh beberapa partai politik. Menurut hasil wawancara dengan Soleman Yusuf yaitu Direktur Program dan Produksi LPP RRI dalam talkshow Pro Dangdut Show "Gerakan Cerdas Memilih" yang diadakan oleh RRI di Auditorium Abdulrahman Saleh tanggal 10 Desember kemarin beliau mengatakan bahwa dangdut merupakan musik Indonesia waluapun telah banyak influence dari berbagai Negara. Dulu namanya bukan dangdut melainkan dadangdut yang kemudian disingkat menjadi dangdut seperti yang kita kenal sampai sekarang. 

Musik dangdut dijadikan sarana komunikasi tidak semata-mata karena musik dangdut adalah musik asal Indonesia, Soleman Yusuf juga menjelaskan bahwa RRI berupaya menambah jumlah pendengar dangdut karena dari hasil riset yang dilakukan oleh lembaga independen memaparkan bahwa alasan orang mendengar radio ialah karena mereka ingin mendengarkan musik dan musik dangdut merupakan musik yang sangat disukai oleh masyarakat Indonesia untuk diputar di mana pun tak terkecuali di radio.

Untuk itu, kemudian RRI berkeinginan memberikan wadah untuk memberikan kepuasan bagi pendengarnya yang dalam teori komunikasi hal ini berkaitan dengan teori Uses and Gratifications alasan ini kemudian yang dijadikan alasan kuat untuk menjadikan musik dangdut sebagai sarana politk tetatpi tentu saja musik dangdut yang dipilih oleh RRI harus melalui proses seleksi yang sangat kuat yakni yang lolos proses seleksi ialah musik dangdut yang dapat menjaga kesantuan, mengajarkan  toleransi dan kebersamaan yang dipilih oleh RRI.

Uses and Gratification Theory sendiri merupakan salah satu dari teori komunikasi massa yang melihat audiens dari proses komunikasi massa sebagai individu yang aktif, selektif dan memiliki tujuan tertentu terkait dengan terpaan media kepadanya. Artinya individu atau audiens (khalayak) sebagai makhluk sosial mempunyai sifat selektif dalam menerima pesan yang ada dalam media massa. 

Uses and Gratifications meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media masa atau sumber-sumber lain (atau keterlibatan pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan penelitian yang menggunakan Uses and Gratifications model memusatkan perhatian pada kegunaan isi media untuk memperoleh gratifikasi atau pemenuhan kebutuhan. Mc quail (1995) mengatakan ada dua hal utama yang mendorong munculnya pendekatan penggunaan ini. Pertama, ada oposisi terhadap pandangan deterministis tentang efek media. 

Sikap ini merupakan bagian dari "penemuan kembali manusia" yang terutama terjadi pada sosiolog di amerika. Kedua, ada keinginan untuk lepas dari debat yang berkepanjangan tentang selera media masa. Dalam persoalan ini pendekatan Uses and Gratifications model menyajikan alternatif lain dalam memandang hubungan antara isi media dengan komunikan, dan dalam pengkategorian isi media menurut fungsi.

Dari penjelasan di atas kemudian penulis menganalisis bahwa inilah yang kemudian dikaitkan oleh pihak RRI yang menjadikan dangdut sebagai sarana komunikasi politik dilihat dari hasil survey yang menunjukkan bahwa penikmat dangdut di Indonesia sangat banyak dan hampir mendominasi musik yang lain. 

Disini RRI melihat audiensnya cenderung ingin mendengarkan musik dangdut ketimbang musik lainnya yang artinya dimana jika kampanye politik menggunakan musik dangdut maka isi pesan yang disampaikan akan lebih bisa diterima oleh khalayak karena khalayak bersifat selektif dalam menerima terpaan dari media massa tak terkecuali radio dan musik dangdut merupakaan musik yang paling dinanti oleh para pendengar radio sehingga akan lebih mudah diterima oleh pendengarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun