Mohon tunggu...
Ida Lumangge S
Ida Lumangge S Mohon Tunggu... Buruh - IRT

Pemain!, Karena tak seorangpun dalam hidup ini yang jadi penonton.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ketika Lulusan Pertanian Memilih Bekerja di Luar Negeri

23 Maret 2015   15:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:12 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1427117670455852986

[caption id="attachment_404928" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Mendengar keputusan seorang kerabat yang lulusan sarjana pertanian memilih bekerja ke Denmark, membuat hati saya bertanya-tanya. Ada apa dengan negeri ini? Negeri yang orang bilang negeri surga sehingga tongkat dan batu saja bisa menjadi tanaman. Kurang luaskah tanah yang kita miliki untuk mereka jadikan lahan mengaktualisasikan ilmu mereka? Entahlah!.

Kerabat saya ini telah bekerja di sebuah perusahaan besar selama 7 tahun, khususnya dalam menangani perkebunan sawit milik perusahaan ternama tersebut. Namun, menurut pengakuan dia, tingginya tekanan dan kurangnya apresiasi dari perusahaan membuatnya harus mempertimbangkan untuk keluar dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Maka begitu ada tawaran dari Denmark, hal itu tidak disia-siakan olehnya. Denmark atau negeri Belanda yang mana sebagian daratannya saja terbuat dari beton. Tapi mampu membuat perkebunan bunga tulip yang dikagumi oleh dunia. Lah kalau negeri kita daratannya saja berhektar-hektar, asli dari Sang Pencipta. Saking luasnya diklaim jadi milik oleh negara lain pun pemerintah kita tetap diam. Mungkin capek ngurus, jadi pinggir- pinggir tanahnya boleh diambil oleh negara yang kekurangan daratan hehe…..

Kembali ke rencana kerabatku yang akan berangkat ke negeri Belanda tersebut, ada beberapa opini yang menjadi alasan sehingga seorang sarjana pertanian pun harus mengaktualisasikan ilmunya di negara yang notabene tidak agraris tersebut.

1. Menjadi seorang lulusan Pertanian memang tidak sementereng lulusan IT, Teknik, Kimia yang memang sedang banyak dicari pada zaman teknologi ini. Sementara kalau di luar negeri kemungkinan memadukan ilmu yang berbeda itu ada.

2. Negara Indonesia sebagai negara agraris justru sedang berusaha mengubah citranya menjadi negara yang diakui dalam bidang teknologi dan bisnis juga. Tak heran jika banyak lahan lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi lokasi industri atau pusat bisnis.

3. Lulusan pertanian memang sudah seharusnya berkutat dengan tanah. Dan pekerjaan itu sangatlah kurang bergengsi di pandangan sebagian kalangan. Tak heran jika para petani pun tidak ingin menyekolahkan anaknya di sekolah pertanian.

4. Jikapun ada yang mau berkarya sesuai bidangnya di pertanian, namun kebanyakan dari penelitian atau uji coba yang mereka buat kurang mendapat apresiasi dari pemerintah. Sementara untuk modal sendiri, mereka tidak punya. Berbeda dengan negara maju yang mau mengapresiasi karya anak bangsanya sehingga perpaduan kecanggihan teknologi mampu memajukan pertanian mereka juga.

5. Karier dan Uang: Jika seorang sarjana pertanian bekerja pada perusahaan besar setara Sinar Mas, paling juga mentok di level Manager dengan gaji dikisaran 10 – 20 juta. Sementara kalau di negara lain, kemungkinan besar untuk berkarier dan mendapatkan uang lebih sangat memungkinkan. Apalagi jika sampai mampu melakukan inovasi baru dalam pekerjaannya.

Opini ini tidak sepenuhnya benar karena cuma opini abal-abal. Namun saya tetap berharap agar tidak semakin banyak sarjana pertanian kita yang mencari pekerjaan di negara lain. Karena di negara kita sendiri banyak lahan yang perlu diolah. Hanya saja perlu kemauan mereka untuk berinovasi dan mau berkarya walau tidak diapresiasi oleh negara sekalipun. Sudah nasib kita tinggal di negara yang cuma bisa korupsi. Dari itu teman-teman yang lulusan pertanian, mari kita ubah negeri ini menjadi tanah surga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun